8/27/15

(GEOMORFOLOGI) GEOLOGI LAPANGAN 2 DAERAH TANCEP DAN SEKITARNYA KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL DIY

2.1. Geomorfologi Regional
            Mengacu pada zonasi fisiografi Pulau Jawa oleh Van Bemmelen (1949), maka, zona Pegunungan Selatan merupakan pegunungan struktural yang memanjang dari barat ke timur (W-E) searah dengan geometri Pulau Jawa, dan terbagi menjadi Pegunungan Selatan Jawa Timur dan Pegunungan Selatan Jawa Barat.
Satuan geomorfologi Pegunungan Selatan dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst
Satuan ini terletak pada daerah paling selatan, terdiri-dari bentukan positif dan negatif yang memanjang dari Parangtritis sampai Pacitan.
2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipatan
Satuan ini terletak di daerah Ngawen dan sekitarnya. Bentukan yang ada berupa perbukitan yang dibangun oleh struktur homoklin, antiklin, sinklin, dan gawir terjal yang memanjang dari barat ke timur.
3. Satuan Geomorfologi Dataran Tinggi
Satuan ini menempati bagian tengah daerah Pegunungan Selatan, yaitu daerah Gading, Wonosari, Playen, dan menerus hingga Semanu. Morfologi yang ada dibangun oleh batugamping berlapis, batupasir gampingan yang kedudukan perlapisannya relatif horizontal.
4. Satuan Geomorfologi Dataran Berteras
Satuan geomorfologi ini dibangun oleh batuan berumur Kuarter berupa lempung hitam, konglomerat, pasir, dan perulangan tuf dengan pasir kasar hingga halus. Satuan ini berada  di sebagian Ngawen, Semin, hingga Wonogiri bagian selatan.
2.2. Geomorfologi Daerah Penelitian
Geomorfologi daerah penelitian terdiri dari 3 Satuan Geomorfik, antara lain: Satuan Geomorfik Struktural, Satuan Geomorfik Denudasional, dan Satuan Geomorfik Fluvial. Dalam pemberian subsatuan geomorfik penulis mengunakan klasifikasi menurut BAKOSURTANAL 2009 yaitu subsatuan D4 Bukit Sisa, D1 Perbukitan Denudasional Terkikis Sedang, F1 Endapan Alluvial, S1 Perbukitan Struktural Terkikis Sedang dan S7 Gawir sesar.
2.2.1. Satuan Geomorfik Denudasional
Satuan Geomorfik Denudasional memiliki 2 Subsatuan Geomorfik dengan menempati 28,1 % dari wilayah penelitian.

  1. Subsatuan Geomorfik Bukit Denudasional Terkikis Sedang
Subsatuan ini tersusun atas batupasir dan breksi yang telah melapuk, dengan slope 4-180, lahan digunakan sebagai pemukiman dan perkebunan, pelapukan didominasi oleh fisik dan biologis juga terdapat gerakan tanah dengan arah azimuth N1700E-N2000E disekitar daerah semburen, dengan kelas lereng 2- 7 %.

  1. Subsatuan Geomorfik Bukit Sisa
Morfologi daerah ini bergelombang sedang-kuat dengan derajat pelapukan sedang, slope berkisar 150, lahan ini dimanfaatkan sebagai pemukiman dan pertambangan yang litologinya tersusun atas batupasir selang-seling dengan tuf juga terdapat sesar naik bergeser kiri faktor pengontrol preoses pelapukan selain didukung oleh alam juga oleh aktivitas manusia (Pertambangan), lahan ini mempunyai kelas lereng 2- 7%

2.2.2. Satuan Geomorfik Struktural
Subsatuan geomorfik structural memiliki dua sub satuan geomorfik dengan luas wilayah 45,9 % dari daerah penelitian
              1. Subsatuan Geomorfik Perbukitan Struktural Terkikis Lemah
Mempunyai kelas lereng 14-15 % dengan morfologi agak curam proses
denudasi sedang yang bentanglahannya didominasi oleh structural.
              1. Subsatuan Gawir Sesar
Kelas lereng 35% dengan slope 200 morfologi lahan sangat curam, daerah ini mempunyai indikasi gerakan tanah, juga teridentifikasi adanya data gawir sesar berupa sesar turun.

2.2.3. Satuan Geomorfik Fluvial
Satuan Geomorfik Fluvial memiliki subsatuan geomorfik dengan menempati kurang lebih 27,2% dari daerah penelitian.
  1. Subsatuan Geomorfik Endapan Alluvial
Subsatuan endapan alluvial dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pemukiman, perswahan dengan material endapanya pasir-lempung, proses pengontrol adalah faktor eksogen dengan kelas lereng 0-2%
2.3. Pola Aliran
Pola aliran yang dijumpai pada daerah penelitian berupa pola aliran subdendritik juga daerah penelitian telah terkontrol oleh struktur geologi Dimana dicirikan dengan cabang anak sungai yang banyak dari sungai utama.

    1. Stadia Erosi dan Stadia Daerah
Stadia erosi dan stadia daerah di daerah penelitian berstadia muda-dewasa hal tersebut dapat di interpretasi melalui klasifikasi kelas lereng dan pengamatan langsung dilapangan, yang mana kelas lereng untuk daerah penelitian menempati 16-350 dimana gerakan tanah hampir sering terjadi erosi dan juga longsoran sering terjadi yang bersifat nedatan
Gambar 1. Dataran endapan alluvial foto menghadap selatan (Penulis, 2014)

Featured Post

TEKNIK DETERMINASI

Siapkan perlengkapan untuk determinasi sebagai berikut: Mikroskop binokuler Tray yang berlubang-lubang kecil dengan dasar h...