1/25/16

Climate Change - Past, Present & Future: A Very Short Guide (Paleontological Research Institution Sp

Climate Change - Past, Present & Future: A Very Short Guide (Paleontological Research Institution Sp
Debate over the cause and impacts of climate change has gone on for decades. Today, there is little doubt that greenhouse gases warm the atmosphere and that human-induced climate change is real. Greenhouse gases in the

atmosphere today are at a record level being just below 400 parts per million about 40 percent higher than in pre-industrial times. Many actions are now underway to enhance an understanding of the full impacts of climate change and to create resilient and adaptive responses. Actions by federal agencies to respond to climate change are
called for in Executive Order (EO) 13653 and the US Climate Action Plan issued by President Obama in 2013.
A major challenge facing society and a key theme of this paper is building consensus within federal and state governments and between government and industry on how best to anticipate, respond, and adapt to continuing changes in climate. As history shows, such collaboration is often hard to achieve but is absolutely necessary to address the cause and impacts of climate change. Hence, a key goal of the EO 13653 and the US Climate Action Plan is for the federal government to work with state and local government and tribal leaders on designing and implementing effective and resilient responses to impacts of climate change.
Toward accomplishing this objective, the Climate Action Plan invokes partnerships as a critical means to develop systems that are more resilient to climate change. A key goal of the plan is to remove policy barriers, modernize programs, and establish a short-term task force of state, local, and tribal officials to advise the federal government on key actions in support of local and state efforts to prepare for climate change. In particular, the plan calls for innovative strategies in regions such as those affected by Superstorm Sandy to develop knowledge about strengthening communities against future extreme weather and other climate impacts. The action plan also aims to deliver specific science-based knowledge to government and specific private sectors to help them understand,
prepare for, and reduce the impacts of climate change.

CONTINUE READ

Climate Change - Past, Present & Future: A Very Short Guide (Paleontological Research Institution Sp

Palaeobiology of Middle Paleozoic Marine Brachiopods: A Case Study of Extinct Organisms in Classical Paleontology


17435973












































Fossil species appear to persist morphologically unchanged for long intervals of geologic time, punctuated by short bursts of rapid change as explained by the Ecological Evolutionary Units (EEUs). Here, morphological variation in Paleozoic atrypide morphology at the subfamily level (Atrypinae and Variatrypinae) from the Silurian and Devonian time intervals in the third Paleozoic EEU (~444-359 my) were investigated using relatively new techniques of quantitative modeling. The study explains how a group of closely related taxa in atrypide subfamilies exhibit morphological conservation through time in P3 EEU within the Eastern North America region


CONTINUE READ

1/13/16

HEMAT AIR TANAH

http://care-takers.org/wp-content/uploads/2015/12/
Hemat airtanah adalah penggunaan air tanah sesuai keperluan, secara efisien dan rasional, tidak boros serta tidak berlebihan.
Mengapa harus hemat airtanah:
            Airtanah merupakan sumber daya alam yang sangat vital, keberadaannya sangat diperlukan bagi kehidupan manusia.
            Airtanah keberadaanya hanya di tempat tertentu yaitu tersimpan di dalam akuifer yang tersebar tidak merata di permukaan bumi, baik kuantitas maupun kualitasnya;
http://www.swcd.mo.gov/grundy/images/   Airtanah terbentuk oleh proses siklus hidrologi dan hidrogeologi, mulai dari penguapan sampai air masuk dalam akuifer (lapisan penyimpan dan pembawa air) yang memerlukan waktu yang relatif lama (hingga ribuan tahun).
  Jika kondisi airtanah di akuifer rusak (menurun kuantitias maupun kualitasnya), maka pemulihannya memerlukan waktu relatif lama. Oleh karena itu air tanah merupakan sumber daya alam yang terbatas dalam ruang dan waktu karena keberadaanya tidak merata di seluruh tempat, baik kuantitas maupun kualitasnya dan hanya dapat diperbaharui secara alami dalam waktu relatif lama.
                                                                                                                                               
            Penghematan penggunaan airtanah merupakan bagian dari upaya koservasi airtanah untuk menjaga kelangsungan keberadaan, daya dukung dan fungsi airtanah secara terus menerus dan berkesinambungan.
Bagaimana Cara Hemat Air Tanah ?
1.     Menggunakan airtanah secara efektif dan efisien:
-         Menggunakan air sesuai kebutuhan;
-         Menghindari pemborosan penggunaan air;
-         Pemanfaatan peralatan yang hemat air
-         Menggunakan meteran air untuk memantau pengambilan airtanah
-         Merawat peralatan instalasi air secara berkala serta mengganti peralatan yang rusak.
2.     Mengurangi penggunaan airtanah
-         Air bersih dari air tanah hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari
-         Membuka kran setengah dari bukaan total dalam penggunaan;
-         Menutup kran segera ketika air tidak digunakan
-         Membuat bak penampug air hujan sebagi air cadangan
3.     Menggunakan kembali airtanah
-         Menggunakan air bekas untuk menyiram tanaman;
-         Menggunakan air bekas cucian untuk mencuci mobil
Kemudian dibilas dengan air bersih;
-         Menggunakan air bekas untuk flushing
4.     Mendaur ulang airtanah ;
-         Air kotor didaur ulang pada instalasi pengolah air sesuai standar baku selanjutnya diresapkan ke dalam tanah atau digunakan kembali untuk kebutuhan lainnya;
-         Membuat bak penampungan air bekas pemakaian yang masih mempunyai kualitas cukup baik untuk dipergunakan kembali
-         Membuat sumur resapan air hujan ke dalam tanah.
5.     Mengambil airtanah sesuai dengan kebutuhan
-         Menggunakan sistem penampungan air
-         Menggunakan sistem otomatis untuk mengambil airtanah berdasarkan kapasitas penampungan air
-         Untuk pertanian, air tanah digunakan terutama untuk tanaman yang hemat air.
6.     Menggunakan airtanah sebagai alternatif terakhir
-         Mengutamakan penggunaan air permukaan
-         Memanfaatkan air hujan
-         Mengutamakan penggunaan perusahaan air minum/ perusahaan daerah air minum bagi daerah yang terjangkau layanan.
7.     Mengembangkan dan menerapkan teknologi hemat air
-         Menggunakan shower untuk mandi
-         Menggunakan penggelontor otomatis
-         Menggunakan keran hemat air
-         Menggunakan teknologi lain yang terbukti lebih hemat air
Memberikan insentif bagi pelaku penghematan airtanah; dan/atau memberikan disinsentif bagi pelaku pemborosan airtanah
http://whcpty.com/wp-content/uploads/2014/08/

CADANGAN MINYAK PENYANGGA NEGARA

 https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/22/Supranational_Asian_Bodies.svg/
          Cadangan penyangga minyak memiliki nilai strategis, terutama bagi negara pengimpor minyak seperti Indonesia. Karena dapat digunakan untuk mengatasi situasi darurat seperti bencana alam dan perang.
            International Energy Agency (IEA) mensyaratkan anggotanya memiliki cadangan penyangga minyak selama 90 hari. Artinya saat kondisi darurat, kebutuhan energi nasional bisa terpenuhi selama 90 hari.
            Realitasnya jumlah cadangan penyangga setiap negara bisa berbeda. Bergantung pada tingkat konsumsi energi,produk domestik bruto dan jumlah produksi minyak. Jumlah penduduk dan angkatan kerja juga memberikan andil pada jumlah kebutuhan rasional cadangan penyangga setiap negara.

            Hingga saat ini Indonesia belum memiliki cadangan penyangga. Angka-angka beikut bisa memberi gambaran bagaimana kesiapan sebuah negara untuk menjamin cadangan energi nasionalnya, termasuk Indonesia.
CADANGAN PENYANGGA :
1.    USA
a.    Cadangan penyangga: 204 hari impor
b.    Jumlah Penduduk         : 316.000.000
c.    Rasio angkatan kerja    : 50 %
d.    Konsumsi Minyak          : 18.886.000 bph
e.    Produksi Minyak            : 10.003.000 bph
f.     Produk Domestik Bruto : USD 16.800 miliar

2.    JEPANG 
a.    Cadangan penyangga: 148 hari impor
b.    Jumlah Penduduk         :127.000.000
c.    Rasio angkatan kerja    : 62 %
d.    Konsumsi Minyak          : 4.551.000 bph
e.    Produksi Minyak            : 467.000bph
f.     Produk Domestik Bruto : USD 4.901 miliar

3.    KOREA SELATAN
a.    Cadangan penyangga: 96 hari impor
b.    Jumlah Penduduk         :49.000.000
c.    Rasio angkatan kerja    : 37 %
d.    Konsumsi Minyak          : 2.460.000 bph
e.    Produksi Minyak                        : -
f.     Produk Domestik Bruto : USD 1.304 miliar

4.    THAILAND
a.    Cadangan penyangga: 81 hari impor
b.    Jumlah Penduduk         :67.000.000
c.    Rasio angkatan kerja    : 39 %
d.    Konsumsi Minyak          : 1.221.000 bph
e.    Produksi Minyak            : 459.000 bph
f.     Produk Domestik Bruto : USD 387 miliar


5.    CHINA
a.    Cadangan penyangga: 77 hari impor
b.    Jumlah Penduduk         : 1.349.000.000
c.    Rasio angkatan kerja    : 37 %
d.    Konsumsi Minyak          : 10.756.000 bph
e.    Produksi Minyak             : 4.180.000 bph
f.     Produk Domestik Bruto : USD 9.240 miliar

6.    SINGAPORE
a.    Cadangan penyangga: 60hari impor
b.    Jumlah Penduduk         : 5.000.000
c.    Rasio angkatan kerja    : 36 %
d.    Konsumsi Minyak          : 1.259.000 bph
e.    Produksi Minyak            : 0
f.     Produk Domestik Bruto : USD 297 miliar

7.    VIETNAM
a.    Cadangan penyangga:  47 hari impor
b.    Jumlah Penduduk         : 92.000.000
c.    Rasio angkatan kerja    : 41%
d.    Konsumsi Minyak          : 378.000 bph
e.    Produksi Minyak             : 350.000 bph
f.     Produk Domestik Bruto : USD 171 miliar

8.    INDIA
a.    Cadangan penyangga:  14 hari impor
b.    Jumlah Penduduk         : 1.236.000.000
c.    Rasio angkatan kerja    : 52%
d.    Konsumsi Minyak          : 3.727.000 bph
e.    Produksi Minyak            : 897.000 bph
f.     Produk Domestik Bruto : USD 1.876 miliar

INDONESIA
a.    Cadangan penyangga:  0 hari impor
b.    Jumlah Penduduk         : 251.000.000
c.    Rasio angkatan kerja    : 52%
d.    Konsumsi Minyak          : 1.623.000 bph
e.    Produksi Minyak            : 882.000 bph
f.     Produk Domestik Bruto : USD  868 miliar

Data per 2013 diambil dari BPS,kementrian ESDM, International Energy Agency, World Bank.
(Reference : Irfan Satryo, Y.H. Murthi . Energi View 2014)

Featured Post

TEKNIK DETERMINASI

Siapkan perlengkapan untuk determinasi sebagai berikut: Mikroskop binokuler Tray yang berlubang-lubang kecil dengan dasar h...