8/31/16

GAPURA CANDI BOKO SEBAGAI BANGUNAN ASTRONOMI DALAM PENGAMATAN MUSIM PADA ABAD KE 9

Artikel ini merupakan hasil dari lomba sciencetec project, yang dibuat oleh pak Alm. Siwi Sanjoto ,saya (Marchel monoarfa) , Muhammad.yasin & Rifki Prayudi, walaupun hanya mendapat juara 3. Kalau menurut saya sih pantas dapat juara 3 soalnya kami mendesain gambarnya jelek + kepepet, tapi isi dari penelitian kami membuat mata juri hampir tdk berkedip dan terpaku + hampir tdk percaya dengan fakta yang kami temukan mengenai gapura candi boko ini.+ juga berhasil lolos PKM AI oleh DIKTI.
Saya hanya akan memaparkan inti dari penelitian ini.

Hasil gambar untuk gapura candi boko
Coba kalian perhatika mataharinya kok posisinya bsa pas dtngh gapura

Hasil gambar untuk gapura candi boko
dan berlahan akan menyambar ke sisi gapura berikutnya
dan setiap musim-musim tertentu sinar matahari akan menyinari secara khusus
bagian-bagian gapuranya, semuanya itu tidak buat secara kebetulan
oleh pendiri candi boko tapi ada maksudnya
Pada masa  purba sebelum manusia megembangkan teknologi telah banyak bangunan purbakala di berbagai tempat atau Negara yang terbukti dapat digunakan sebagai pengamat datangnya musim. (Hartman, 1971. Astronomy The Cosmic Journey). Sebuah bangunan batu stonehenge di Wilshire England yang dibangun sekitar tahun 2500 sebelum masehi dapat digunakan menetukan secara tepat datangnya musim semi ( 21 maret) dengan melihat kedudukan matahari terbit melalui celah. Dan bangunan-bangunan lain yang mempunyai fungsi yang sama seperti Stonehenge seperti candi Amon-Re di mesir yang dibangun sekitar 1.400 sebelum masehi, candi Angkor wat, di Kamboja pada abad ke 12, Tihuanaco di Bolivia pada abad ke 4- 8, Caracol di Yucatan pada abad ke 11, Casa Grande, di Arizona pada abad ke 14, Cuzco Peru pada abad ke 16 dan masih banyak lagi yang diantaranya kami yakini salah satunya  adalah Gapura candi Boko di tanah Jawa.
Berdasarkan fakta yang ada kami dapat merumuskan masalah bahwa Gapura Candi Boko dapat digunakan sebagai observasi astronomi dalam menentukan musim pada abad ke 9.

TUJUAN
1.  Membuktikan Bahwa Candi Boko bukan hanya sekedar bangunan  candi biasa yang dibangun pada saat itu, tapi mempunyai fungsi dalam mengamati musim pada abad ke 9 di JATENG.

2.      Menghapus tahayul mistis yang berkembang di tengah masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN
Candi Boko terletak di atas sebuah bukit di desa Bokoharjo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul,
Propinsi Daerah Istimewah Yogyakarta, sekitar 3 kilometer selatan Candi Prambanan.
Dari pengamatan dan pengukuran yang dilakukan, terbukti gapura tersebut dapat digunakan sebagai
bangunan astronomi pengamat musim. Dengan melihat kedudukan matahari menjelang terbenam
pada ujung atap dan pintu dibawahnya, dapat ditentukan saat-saat yang tepat sehubungan dengan 
musim hujan atau kemarau yang bertepatan dengan saat bercocok tanam atau berhubungan dengan 
ritus tertentu. Perlu diketahui, bahwa candi Boko yang dibangun pada abad ke 9 masyarakatnya 
belum mengenal penunjuk waktu seperti kalender masa kini.
Hasil pengamatan dan pengukuran adalah dengan sebuah teodolit adalah sebagai berikut :

Rencanya gmabr desain ini akn dipercantik sesuai permintaan

Ket : ABCDE : Puncak atap gapura timur Atap C Belum / Tidak dipugar,  FGHIJ Puncak atap gapura barat Pintu F dan J serta atap H : Belum/ tidak dipugar. Gambar diatas merupakan gamabar perspektif gapura timur dan barat. Kedua gapura sejajar dan panjang bangunan mengarah tepat kearah selatan ke utara



Pada tanggal 22 desember penengamat disebelah timur gapura timur akan melihat saat mathari terbenam tepat pada ujung atap A pintu paling selatan. Selanjutnya kedudukan matahaari terlihat bergeser ke utara tampak saat terbenam melalui atab B pada 21 januari , atap C 21 maret, atap D 22 mei, atap E 21 Juni.
JIka gapura bagian barat telah dipugar sama seperti gapura bagian timur, maka ujung-ujung atap gaura bagian barat (F,G,H,I,J) aka tampak di tengah pintuh-pintu gapura timur. Ujung atap F (paling utara) gapura barat terletak pada 7,50 dibawaah ujung atap E gapura timur. Hal ini berarti jika kedudukan matahari tamapak tepat di uung atap F, maka akan berada tepat di titik barat pad garis horizon karena letak georafis Candi Boko kurang lebih 7, 50 lintang selatan.
            Dengan mengamati kedudukan matahari pada saat terenam tampak tepat pada puncak-puncak atap gapura timur (A,B,C,D,E) sewaktu bergeser dari utara ke selatan kembali melalui atap gapura F,G,H,I,J akan dapat ditentukan saat datang dan berakhirnya musim hujan maupun kemarau, pada gambar diatas, musim kemarau berada disebelah kanan, dan musim hujan pada bagian kiri.
Tanggal-tanggal yang tertera pada bagan diatas didasarkan atas :
1.      Perbandingan jarak ujung-ujung atap pintu gapura
2.      Bahwa pergeseran kedudukan matahari pada titik balik selatan ke utara atau sebaliknya      memerlukan waktu 6 bulan.

Jika garis L ditarik melalui titik tengah pintu gapura timur, garis k dan L mneyudut 23 ½0 terhadap garis tengah L. Titik pertemuan garis-garis K,L dan M adalah titik tempat pengamat musim. Dari titik pengamat, pada saat kedudukan matahari terbenam terlihat:
-  Tepat pada ujung atap A ( gapura timur) adalah pada tanggal 22 desember ( Titik balik selatan matahari)
-   Tepat pada ujung atap C (Gapura timur) dan ujung atap G ( Gapura Barat) adalah tanggal 23 september atau tanggal 21 maret (Tepat matahri terbit di timur atau terbenam di barat).
-  Tepat pada ujung atap E ( Gapura timur) adalah pada tanggal 22 juni (Titik balik utara matahari).
Dan  letak gapura baat 60 lebih rendah daripada letak gapura timur, hal tersebut sesuai dengan letak geografis prambanan sekitar 60 lintang selatan.

KESIMPULAN
Melalui hasil pengukuran dan interpretasi tak diragukan lagi bahwa gapura candi Boko adalah bangunan astronomis seperti Stonehenge, candi Angkor Wat, Kuil Grande, kuil Amon-Re dan lain-lain, yang membantu masyarakat pada zaman atau abad itu untuk mengamati musim dan penangalan hari.
Dalam penelitian ini masih terus dikembangkan karena untuk membuktikan kearah yang kuat tentang hal-hal tersebut tidak cukup hanya dengan satu bukti saja, tapi harus ada  bukti-bukti lain yang diperlukan dalam menunjang keakuratan data penelitian tersebut seperti data arkeologi dan astronomi




BUMI DATAR DAN BUKTI EMPIRISNYA



Di bawah ini, kita secara singkat akan bersentuhan dengan beberapa bukti empiris yang mendukung Bumi Datar. Buktibukti ini tidak dimaksudkan untuk menjadi sebuah daftar yang lengkap. Adalah bukan tujuan kami di sini untuk menghadirkan rincian besar mengenai perihal ini.

Jelas tidak ada kelengkungan: Jika Bumi adalah sebuah bola yang memiliki lingkaran 25.000 mil seperti yang diklaim oleh NASA, maka permukaan air seharusnya melengkung ke bawah 8 inci per mil dikalikan dengan kuadrat jaraknya. Ini berbanding lurus dengan penurunan jarak pandang pada tingkat ketinggian obyek yang jauh. Eksperimen yang tak terhitung jumlahnya telah dilakukan untuk menguji hal ini, tapi semua telah gagal untuk menunjukkan adanya kelengkungan. Air selalu selevel dengan sempurna.

Fakta bahwa para surveyor, teknisi, arsitek, geologist, perwira angkatan laut, dll. tidak mempertimbangkan kelengkungan bumi ketika merancang/merencanakan proyek-proyek mereka (Walaupun beberapa orang mengklaim bahwa jembatan tertentu dibangun dengan kelengkungan dalam pikiran, kesalahan dari pendapat ini menjadi jelas ketika seseorang menyadari bahwa air yang ada di bawah jembatan tidak mengikuti kelengkungan jembatan itu. Air selalu menemukan levelnya sendiri; dan itu tidak pernah melengkung)

Fakta bahwa pilot pesawat tidak perlu terus-menerus mencondongkan hidung pesawat mereka ke bawah untuk menjaga mereka tetap berada di ketinggian yang sama dan mencegah mereka terbang ke luar angkasa (yang akan benar-benar diperlukan jika mereka terbang ratusan mil per jam pada sebuah benda bulat).

Fakta bahwa sungai-sungai mengalir melalui jalur yang memiliki rintangan paling kecil, tetapi ditemukan di banyak tempat di dunia sungai mengalir ke atas dan naik melewati bermil-mil ketinggian (Contoh: Sungai Mississippi harus naik 11 mil sebelum mencapai Teluk Meksiko).

Walaupun pernah ada pikiran bahwa kelengkungan Bumi (atau air) yang menyebabkan lambung kapal menghilang saat mereka melakukan perjalanan menjauh dari yang melihatnya, kita sekarang tahu bahwa ini hanya karena "hukum cara pandang". Seluruh kapal yang telah lama menghilang dari pandangan mata telanjang dapat dengan mudah didekatkan kembali dalam pandangan dengan bantuan teleskop atau alat pembesar yang serupa.

Gravitasi belum pernah dibuktikan; gravitasi harus diterima dengan iman demi mendukung model bumi bulat. Gravitasi adalah sesuatu yang telah kita terima begitu saja sebagai kebenaran ketika kita masih anak-anak (karena kita telah didoktrin/dicuci otaknya oleh sistem "pendidikan"), namun pada kenyataannya, teori ini sangat tidak masuk akal. Apakah kita benar-benar percaya bahwa ada kekuatan magis yang disebut "gravitasi" yang begitu kuat melampaui fikiran sehingga dapat memaku seluruh lautan ke Bumi, namun tidak dapat mengatasi awan asap yang paling kecil atau bahkan serangga bersayap terkecil? Apakah kita benar-benar percaya bahwa kekuatan khayalan yang disebut "gravitasi" ini bisa membuat hujan terbalik atau menyebabkan tanaman tumbuh menyamping? ...semuanya tanpa kita menyadarinya? (Kebetulan, mereka yang mempromosikan teori gravitasi juga mengatakan bahwa bumi menggelinding 1.000 mil per jam, saat mengitari matahari dengan kecepatan 67.000 mil per jam, dan melaju melalui alam semesta pada kecepatan 420.000 mil per jam. Namun, anda tidak merasakan bahkan sedikit pun gerakan saat anda duduk di depan komputer anda membaca artikel ini. Ini tidak masuk akal).

Ufuk atau kaki langit selalu muncul di depan mata pengamat (bahkan ketika naik terbang dengan menggunakan pesawat pada ketinggian 30.000 kaki di atas bumi). Tidak pernah ada titik di mana pengamat harus melihat ke bawah untuk menemukan ufuk dari lengkungan bulatan. 

Ufuk atau kaki langit akan selalu terlihat datar secara sempurna. 

Kesulitan yang dituliskan oleh para kapten kapal yang mencoba untuk melayari “belahan bumi selatan” ketika berasumsi bahwa Bumi adalah sebuah bola bulat (Jika Bumi ini bulat, garis bujur akan semakin menyempit karena anda pindah dari khatulistiwa menuju tempat yang diduga "kutub selatan". Namun, pada Bumi datar, garis bujur akan terus melebar mulai dari bagian luar Kutub Utara, yang berarti bahwa garis ini semakin melebar saat anda bergerak ke selatan). 

Laporan oleh para penjelajah pada tahun 1700-an dan 1800-an memperkirakan bahwa mereka telah melintasi lebih dari 50.000 mil ketika mencoba untuk mengelilingi Antartika, yang sebenarnya adalah merupakan cincin es terluar di Bumi yang Datar (misalnya: James Cook, James Clark Ross, ekspedisi "Penantang" Inggris). Ingatlah bahwa, menurut NASA, bola dunia ini hanya memiliki lingkaran sejauh 25.000 mil. 

Fakta bahwa benda-benda yang jauh, bahkan ketika pandangan dengan mata telanjang membuat benda itu nampak berada di atas ufuk, tidak tampak menjauh dengan condong di mata para pengamat (yang harus terjadi jika benda itu melewati dugaan titik kelengkungan pada Bumi bulat). Pada sebuah bola Bumi di bawah kekuatan "gravitasi", balon udara panas akan nampak condong ke belakang karena balon itu terbang ke atas langit menjauh dari pengamat, membuat bagian bawah dari keranjangnya semakin terlihat.

Laporan bahwa Polaris (Bintang Utara) telah terlihat di arah selatan sejauh 20 derajat Lintang Selatan, namun yang diduga bintang Kutub Selatan (Sigma Octantis) tidak konsisten terlihat dari setiap garis bujur bahkan di khatulistiwa (dan anomali-anomali rasi bintang lainnya yang dapat dilihat) 

Pola cuaca dan arus laut lebih masuk akal di Bumi datar: Peta Kesamaan Jarak Azimut

Fakta bahwa NASA (sebuah serikat militer rahasia) tidak pernah menghasilkan sebuah foto Bumi yang sebenarnya,
NASA secara terbuka mengakui bahwa gambar-gambar mereka diciptakan dengan data komputer; gambar-gambar itu bukan foto. Ketika Robert Simmon, sang visualisi dan perancang dari NASA ditanya, "Apa hal paling keren yang pernah anda lakukan sebagai bagian dari pekerjaan anda di Goddard?" dia menjawab: "Terakhir kali ada orang yang mengambil foto dari atas orbit Bumi rendah yang menunjukkan seluruh belahan (satu sisi dari sebuah bola) adalah pada tahun 1972 selama Apollo 17. Satelit-satelit pada Sistem Observasi Bumi milik NASA (EOS) telah dirancang untuk memberikan laporan kondisi kesehatan Bumi. Pada tahun 2002, kami akhirnya memiliki data yang cukup untuk membuat sebuah foto dari keseluruhan bumi. Jadi kami yang membuatnya. Bagian yang sulit adalah menciptakan sebuah peta datar dari permukaan bumi dengan menggunakan data satelit dalam kurun waktu empat bulan. Reto Stockli, sekarang bertugas di Kantor Meteorologi dan Klimatologi Swiss, melakukan banyak pekerjaan ini. Kemudian kami membungkuskan peta datar itu di sekeliling sebuah bola. Bagian saya adalah membentuk permukaan, awan, dan lautan untuk memenuhi harapan orang banyak tentang bagaimana Bumi terlihat dari luar angkasa. Bola itu menjadi Bola Pualam Biru yang terkenal. Saya sangat senang dengan itu tetapi tidak tahu seberapa luas itu akan tersebar. Kami tidak pernah berpikir itu akan menjadi sebuah model. Saya pasti tidak pernah berpikir bahwa saya akan menjadi "Tn. Pualam Biru". Dari saat itu kami memperbarui peta dasar dengan meningkatkan resolusi dan, pada tahun 2004, kami membuat serangkaian peta bulanan". (http://www.nasa.gov/centers/Elohimdard/about/people/RSimmon.html) 
Bagaimana gambar "pualam biru" dari Bumi diciptakan? Menurut NASA, sebuah "peta datar" diciptakan dari data yang dianggap data satelit dan kemudian dibungkuskan "di sekeliling sebuah bola". Gambar itu kemudian dipoles hingga "sesuai dengan harapan masyarakat tentang bagaimana bumi terlihat dari ruang angkasa". 

8/27/16

HYDROGEOLOGY



BOOK:-- Hydrogeology: Principles and Practice, 2nd edition
By:-- [K.M. Hiscock, V.F. Bense, 2014] 

| English | PDF | 23 MB | 544 pages | 2014 |

*CONTENTS:---
Ch.1: Introduction
Ch.2: Physical hydrogeology
Ch.3: Groundwater and geological processes
Ch.4: Chemical hydrogeology
Ch.5: Environmental isotope hydrogeology
Ch.6: Groundwater and catchment processes
Ch.7: Groundwater investigation techniques
Ch.8: Groundwater quality and contaminant hydrogeology
Ch.9: Groundwater pollution remediation and protection
Ch.10: Groundwater resources and environmental management

*OVERVIEW:---
Hydrogeology: Principles and Practice provides a comprehensive introduction to the study of hydrogeology to enable the reader to appreciate the significance of groundwater in meeting current and future water resource challenges. This new edition has been thoroughly updated to reflect advances in the field since 2004.
The book presents a systematic approach to understanding groundwater. This accessible textbook is essential reading for undergraduate and graduate students primarily in earth sciences, environmental sciences and physical geography with an interest in hydrogeology or groundwater science.

DOWNLOAD
http://www.mediafire.com/view/vww510vnv42fdys/Hydrogeology%2C_principles_and_practice_%282nd_ed.%29_%5BK.M._Hiscock_%26_V.F._Bense%2C_2014%5D_%40Geo_Pedia.pdf

8/11/16

POLLEN MORPHOLOGY



Referensi : Hesse dkk, 2009, Pollen Termimology An illustrated Handbook, Springer, NYK.











Featured Post

TEKNIK DETERMINASI

Siapkan perlengkapan untuk determinasi sebagai berikut: Mikroskop binokuler Tray yang berlubang-lubang kecil dengan dasar h...