Pengertian
Bentang
alam struktural adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh struktur
geologi daerah yang bersangkutan. Struktur geologi yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan morfologi adalah struktur geologi sekunder, yaitu struktur
yang terbentuk setelah batuan itu ada.
Struktur sekunder biasanya terbentuk oleh adanya proses endogen yang bekerja adalah proses tektonik. Proses ini mengakibatkan adanya pengangkatan, pengkekaran, patahan dan lipatan yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief yang khas. Bentuk relief ini akan berubah akibat proses eksternal yang berlangsung kemudian. Macam-macam proses eksternal yang terjadi adalah pelapukan (dekomposisi dan disintergrasi), erosi (air, angin atau glasial) serta gerakan massa (longsoran, rayapan, aliran, rebahan atau jatuhan).
Struktur sekunder biasanya terbentuk oleh adanya proses endogen yang bekerja adalah proses tektonik. Proses ini mengakibatkan adanya pengangkatan, pengkekaran, patahan dan lipatan yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief yang khas. Bentuk relief ini akan berubah akibat proses eksternal yang berlangsung kemudian. Macam-macam proses eksternal yang terjadi adalah pelapukan (dekomposisi dan disintergrasi), erosi (air, angin atau glasial) serta gerakan massa (longsoran, rayapan, aliran, rebahan atau jatuhan).
III.2.
Faktor-Faktor Pembentuk Bentang Alam Struktural
Faktor
pembentuk dari bentang alam ini adalah gaya endogen yang merupakan gaya yang
berasal dari dalam bumi. Tenaga dari dalam bumi menghasilkan dua tatanan besar
yaitu orogenesa dan epirogenesa. Orogenesa akan mengakibatkan patahan dan
menghasilkan horst dan graben, sedangkan epirogenesa akan mengakibatkan lipatan
yang akan menghasilkan sinklin dan antiklin.
Macam-Macam
Bentuk Lahan Struktural
Bentang alam dengan
struktur mendatar (Lapisan Horisontal)
Menurut letaknya
(elevasinya)dataran dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Dataran rendah, adalah dataran yang
memiliki elevasi antara 0-500 kaki dari muka air laut.
2.
Dataran tinggi(plateau/high plain ),
adalah dataran yang menempati elevasi lebih dari 500 kaki diatas muka air laut.
·
Bentang Alam dengan Struktur Miring
Berdasarkan besarnya
sudut kemiringan dari kedua lerengnya, terutama yang searah dengan kemiringan
lapisan batuannya, bentang alam ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1.
Cuesta.
Pada cuesta sudut kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetri dengan
sudut lereng yang searah perlapisan batuan. Sudut kelerengan kurang dari
200-450. Cuesta memiliki kelerengan fore
slope yang lebih curam sedangkan back
slopenya relatif landai pada arah sebaliknya sehingga terlihat tidak
simetri.
2.
·
Bentangalam dengan Stuktur Lipatan
Lipatan terjadi karena adanya lapisan kulit bumi yang
mengalami gaya kompresi (gaya tekan). Pada suatu lipatan yang sederhana, bagian
punggungan disebut dengan antiklin, sedangkan bagian lembah disebut sinklin.
Unsur-unsur yang terdapat pada struktur ini dapat diketahui dengan menafsirkan
kedudukan lapisan batuannya. Kedudukan lapisan batuan (dalam hal ini arah
kemiringan lapisan batuan) pada peta topografi, akan berlawanan arah dengan
bagian garis kontur.
a. Struktur
antiklin dan sinklin
Pada prinsipnya penafsiran
pada kedua struktur ini berdasarkan atas kenampakan fore slope/antidip slope dan back
slope/dipslope yang terdapat secara berpasangan. Bila antidip slope saling
berhadapan (infacing scarp), maka
terbentuk lembah antiklin, sedangkan apabila yang saling berhadapan adalah back slope/dipslope, disebut lembah
sinklin. Pola pengaliran yang dijumpai pada lembah antiklin biasanya adalah
pola trellis
b.
Struktur antiklin dan sinklin menunjam
a. Struktur
lipatan tertutup
·
Kubah
Bentang
alam ini mempunyai ciri-ciri kenampakan sebagai berikut :
1. Kedudukan
lapisan miring ke arah luar (fore slope
ke arah dalam).
2. Mempunyai pola kontur tertutup
3. Pola
penyaluran radier dan berupa bukit
cembung pada stadia muda
4. Pada
stadia dewasa berbentuk lembah kubah dengan pola penyaluran annular.
·
Cekungan
Bentang alam ini
mempunyai kenampakan sebagai berikut :
1. Kedudukan
lapisan miring ke dalam (back slope
ke arah dalam)
2. Mempunyai
pola kontur tertutup
3.
Pada stadia muda pola penyalurannya annular.
Gambar 4. Klasifikasi bentuk muka bumi
pegunungan lipatan (Brahamntyo,2010)
b.
Bentang Alam dengan Struktur Patahan
Patahan (sesar) terjadi akibat adanya
gaya yang bekerja pada kulit bumi, sehingga mengakibatkan adanya pergeseran
letak kedudukan lapisan batuan. Berdasarakan arah gerak relatifnya, sesar
dibagi menjadi 5, yaitu:
1. Sesar
normal/ sesar turun (normal fault)
2. Sesar
naik( reverse fault)
3. Sesar
geser mendatar (strike-slip fault)
4. Sesar
diagonal (diagonal fault/ oblique-slip
fault)
5. Sesar
rotasi (splintery fault/hinge fault)
Secara umum bentang
alam yang dikontrol oleh struktur patahan sulit untuk menentukan jenis
patahannya secara langsung. Untuk itu, dalam hal ini hanya akan diberikan ciri
umum dari kenampakan morfologi bentang alam struktural patahan, yaitu :
1. Beda
tinggi yang menyolok pada daerah yang sempit.
2. Mempunyai
resistensi terhadap erosi yang sangat berbeda pada posisi/elevasi yang hampir
sama.
3. Adanya
kenampakan dataran/depresi yang sempit memanjang.
4. Dijumpai
sistem gawir yang lurus (pola kontur yang lurus dan rapat).
5. Adanya
batas yang curam antara perbukitan/pegunungan dengan dataran yang rendah.
6. Adanya
kelurusan sungai melalui zona patahan, dan membelok tiba-tiba dan menyimpang
dari arah umum.
7. Sering
dijumpai(kelurusan) mata air pada bagian yang naik/terangkat
8. Pola
penyaluran yang umum dijumpai berupa rectangular,
trellis, concorted serta modifikasi ketiganya.