10/25/14

KONSEP DASAR PENYUSUNAN BIOSTRATIGRAFI DENGAN FOSIL MIKRO

KONSEP DASAR PENYUSUNAN
BIOSTRATIGRAFI DENGAN FOSIL MIKRO
Penyusunan biostratigrafi dengan memanfaakan fosil mikro, contoh batuan yang diproses dapat diperoleh dengan cara :
  1. Mengambil contoh (sampel) batuan di lapangan dari singkapan batuan terpilih
  2. Memanfaatkan contoh batuan dalam bentuk core pemboran di lapangan
  3. Memanfaatkan sampel batuan dari serpihan pemboran / cutting

Dalam menyusun biostratigrafi, prosedur kerja harus diikuti. Prosedur kerja tersebut antara lain :
  1. Persiapkan semua contoh batuan yang akan diproses, susun sesuai dengan urutan startigrafi, catat nomor kode batuan yang akan dianalisis
  2. Contoh batuan yang sudah dipersiapkan, diambil sebagaian dengan volume tertentu atau dengan berat tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat vertilitas (kelimpahan fosil) batuan
  3. Contoh batuan yang terpilih, diproses untuk mendapatkan washed residu
  4. Proses washed residu lebih lanjut dan pisahkan antara fosil dengan mineral
  5. Deskripsi semua fosil yang telah dipisahkan hingga tingkatan sepcies. Manfaatkan figure type fosil yang ditemukan untuk menentukan nama dalam taksonomi
  6. Hitung jumlah individu untuk masing-masing spesies
  7. Susun dalam bentuk table nama fosil dan kelimpahannya. Disarankan dalam membuat tabel nama fosil disamping dipertimbangkan urutan stratigrafi contoh batuan, juga kemunculan awal FA dari spesies yang bersangkutan perlu diperhatikan
  8. Susun biostratigrafi dengan konsep :
  1. Apabilah contoh batuan diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, (yaitu pada saat membuat startigrafi terukur, baik stratigarfi lintasan tunggal atau berjenjang, tatacara menyusun biostartigrafi memperhatikan FA. Hal ini dipertimbangkan karena tidak terjadi kontaminasi fosil dari contoh batuan lain. Disamping itu, kedudukan contoh batuan dapat diketahui dengan pasti.
  2. Apabila contoh batuan yang diperoleh merupakan core, kemunculan awal atau FA yang harus diperhatikan, mengingat karena sampel batuan tidak terkontaminasi dengan contoh batuan yang lain, juga kedudukan dan kedalaman dapat diketahui dengan pasti.
  3. Apabilah contoh batuan yang diperoleh merupakan serpihan pemboran maka kemunculan akhir dari fosil itu (LA) yng harus dicermati. Hal tersebut dilakukan karena sampel batuan telah terkontaminasi dengan serpihan batuan yang lain. Kontaminasi tersebut tidak dapat dihindari dan pasti akan terjadi.
Disamping kedudukan atau kedalaman belum diketahui dengan pasti. Biostratigrafi yang disusun oleh Billman dkk (1987) mempergunakan konsep Kemunculan akhir dari spesies fosil. Hasil penelitian mereka membuktikan bahwa foram bentos kecil dapat dipergunakan untuk menyusun biostratigrafi

Apabilah tahapan penyusunan biostratigrafi telah selesai dilakukan, langka selanjutnya paleontologist melakukan interpertasi sesuai dengan tujuan penelitian geologi.

  • Pengambilan Sampel Untuk Menyusun Biostratigarfi Dengan Metode Pengamatan Langsung Di Lapangan

  1. Persiapkan peta geologi daerah yang akan diteliti
  2. Tentukan Formasinya
  3. Lakukan Orientasi Lapangan
  4. Cari dan tentukan singkapan litologi dengan GPS
  5. Tentukan kedudukan stratigarfi litologi dengan berpedoman pada strike & dip

  • Apabila daerah yang bersangkutan tidak mempunyai peta geologi maka anda harus : Membuat peta geologi terlebih dahulu, kemudian tentukan formasi batuan yang akan diteliti biostratigrafinya
  • Apabila dilapangan tidak didapatkan singkapan batuan, karena permukaan topografinya tetutup oleh palapukan batuan atau endapan alluvial, maka sampel batuan terpaksa diperoleh dengan cara melakukan pemboran dangkal
  • Timbul pertanyaan mendasar, berapa meter interval pengambilan sampel batuan ? secara ideal, tiap perlapisan diambil contonya !
  • Timbul pertanyaan, bagaimana apabilah perlapisan batuan tipis yaitu batuan yang mempunyai ketebalan satu sentimeter, sedang tebal formasi batuan keseluruhan 500 meter, bilamana dan berapa banyak contoh yang harus diambil ?
  • Lakukan treatment sampel dengan mengikuti standart kerja yang telah ditentukan.


Reference : Script/note Lecture Geology Eng (Institut of science & Technology Akprind Yogyakarta)

 





(VARIASI PEMANFAATAN FOSIL) FOSIL SEBAGAI BAHAN TIRAI

 FOSIL SEBAGAI BAHAN TIRAI
 


Fosil yang dimanfaatkan untuk membuat tirai, pada umumnya dipilih dari klas Gastropoda, filum Mollusca. Pemilihan ini didasarkan pada bentuk gastropoda yang panjang dan meruncing. Fosil yang mmpunyai bentuk seperti turritella dan rimella sangat dianjurkan. Sebagai tali perangkai dipergunakan tali benang plastic.
Ketelitian dalam pemilihan spesiesmen fosil yang akan dirangkai, meliputi ukuran yang seragam dan warna yang bervariasi akan mengekspresikan nilai seni tersendiri, dan menentukan harga nialai jual




(VARIASI PEMANFAATAN FOSIL) FOSIL SEBAGAI ORANAMEN

 FOSIL SEBAGAI ORANAMEN
 

Fosil khususnya valve pelecypoda, banyak dimanfaatkan sebagai campuran membuat tegel lantai berpola mosaic.
Caranya : fosil pelecypoda dengan valve tebal, dipecah-pecah, kemudian dicampur sebagai “kepala” pada permukaan tegel.
Tegel moasik yang dimanfaatkan untuk lantai apabilah suda dipoles akan memberi kesan kenampakan yang sangat indah. Keindahan akan bertambah apabilah ditemukan valve yang tebal dan berwarna.
Apabila anda mempunyai tegel moasik untuk lantai rumah, jangan sekali-kali lantai dibersikan dengan cairan pembersih yang mengandung asam. Daya larut lantai tegel mosaic dengan asam cukup tinggi. Apabilah lantai tersebut dibersikan dengan larutan asam, permukaan atas tegel larut permukaan tegel menjadi kusam, untuk mengembalikan kesan tidak kusam, lantai perlu dipoles kembali sampai mengkilat.


PENINGKATAN PRODUK MINYAK BUMI


BAHAN GALIAN DI DAERAH BATUAN METAMORF

Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan (metamorphose) dari batuan lain yang umur geologinya relatif lebih tua. Dengan demikian batuan metamorf dapat berasal dari:
  • Batuan beku
  • Batuan sedimen, atau
  • Batuan metamorf

    Pada batuan meta sedimen (batuan metamorf yang belum sempurna) sifat-sifat asal batuan seringkali masih dapat dilihat dengan mata telanjang. mIsal mineral phenocryst pada batuan beku masih tampak, atau fosil atau perlapisan pada batuan sedimen masih dapat dikenal.

    5.1. MENGENAL BATUAN ASAL
    Batuan metamorf merupakan hasil proses metamorfose. Batuan metamorf dapat berasal dari:
  • Batuan beku, batuan sedimen ataupun batuan metamorf.
    • dengan demikian bahan galian yang pada awal terdapat pada batuan asal dipastikan akan terdapat pada batuan metamorf. Sebagai contoh:
      • Apabila pada batuan beku terdapat bahan galian logam dalam bentuk emas, maka pada batuan metamorf juga akan terdapat emas. Perlu diingat mineral logam tidak akan mengalami proses metamorfosa
 
        • Bila dalam batuan sedimen terdapat mineral kuarsa maka pada batuan metamorf akan terdapat mineral kuarsit yang merupakan hasil metamorfose mineral kuarsa
        • Bila dalam batuan asalnya banyak didapatkan mineral amphibole maka batuan hasil metamorfosanya akan didapatkan mineral asbes.
        • Bila dalam batuan asalnya banyak didapatkan mineral biotit atau muscovite maka pada batuan metamorf yang terbentuk dijumpai mineral phlogopite.
    Dengan demikian mengetahui asal mula batuan metamorf adalah sangat penting karena dapat mengetahui jenis bahan galian yang terdapat pada batuan metamorf.
  • Bahan galian logam tidak akan mengalami metamorfose, namun tetap seperti keadaan semula (bila pada batuan beku yang merupakan asal batuan metamorf) semula ada emas maka pada batuan metamorf-nya juga akan terdapat emas.
  • Bahan galian non logam dapat mengalami metamorphose, sebagai contoh antara lain:
    • Mineral kuarsa bila terkena proses metamorfose akan membentuk mineral kuarsit
    • Mineral biotite maupun mineral muscovite bila terkena proses metamorphose akan membentuk mineral phlogopite
    • Mineral kalsit apabila mengalami proses metamorphose akan membentuk mineral onyk
    • Mineral lempung apabila mengalami proses metamorphose akan membentuk slate
    • Mineral amphibole apabila mengalami proses metamorphose akan membentuk mineral asbes


      5.2. MACAM METAMORFOSE
      Proses metamorphose merupakan peristiwa alam yang sangat kompleks dan berjalan dalam waktu jutaan tahun. Proses tersebut hingga saat ini belum dapat ditiru oleh manusia dengan lingkup yang luas. Skema terjadinya proses metamorphose dapat digambarkan sebagai beriku
       
      Batuan metamorf dapat terbentuk sebagai akibat:
    • (1). Metamorfose kontak (thermal), dimana suhu merupakan faktor utama. Sebagai contoh; intrusi batuan beku pada batugamping akan menghasilkan batu pualam (marmer).
    Pertanyaannya:
    Bagaimana anda mengetahui bahwa ditempat itu terdapat intrusi [yang mengakibatkan kontak (thermal) metamorfose ?].
    Untuk mengetahui hal tersebut perhatikan petunjuk sebagai berikut:
  • Perhatikan berbagai macam batuan pada peta geologi, apakah ditempat tersebut terdapat batuan beku yang merupakan batuan intrusi ?. Anda harus tahu perbedaan antara bentuk intrusi dan non-conformity
  • Peta geologi yang dibuat adalah peta geologi permukaan. Oleh sebab itu ada kemungkinan batuan beku yang dimaksud tidak tersingkap sampai permukaan sehingga tidak tergambarkan dalam peta geologi yang anda baca.
  • Dalam hal yang demikian maka satu-satunya metode yang dapat dilakukan adalah dengan mengetahui variasi/tingkat metamorfosenya. Bila tingkat metamorfosenya berbeda-beda antara satu tempat dengan lain tempat pada daerah penyebaran batuan yang masih sama maka dapat dipastikan itu sebagai akibat metamorfose kontak (thermal)
    • Sebagai salah satu contoh intrusi batuan beku pada batugamping. Bila tingkatan metamorfosenya berbeda beda (ada batuan marmer dan ada batuan metasedimen dari batugamping) dipastikan itu
      • merupakan metamorfose lokal. Kenampakan ini didekati dengan pengamatan petrografi
      • Hal yang sama dapat anda ketahui pada batuan slate (batu sabak), pada batuan metamorf sebagai jenis phylit, gneiss, sekis dan sebagainya.
    •  Metamorfose regional, dimana tekanan (akibat tektonik) memegang peranan penting
    Tektonik yang menghasilkan proses metamorfose juga mempunyai penyebaran yang luas. Oleh sebab itu batuan metamorf yang dihasilkan oleh memorfose regional mempunyai tingkatan metamorfose yang sama



    5.3. BAHAN GALIAN PADA BATUAN METAMORF
    Pada dasarnya bahan galian yang terdapat pada batuan metamorf paling tidak mengikuti pada batuan asalnya. Apabila batuan asalnya merupakan batuan beku yang mengandung logam emas (Au) maka sangat dimungkinkan pada batuan metamorf-nya juga akan mengandung emas. Dengan demikian maka anda tidak perlu heran mengapa pada batuan metamorf dapat ditemukan logam-logam yang semula dianggap hanya terdapat pada batuan beku saja. Beberapa batuan/mineral dapat berubah menjadi mineral yang telah mengalami metamorfose. Komposisi mineralogi relatif tetap, namun sifat fisik dan juga mungkin sifat optiknya akan berubah. Beberapa contoh antara lain:
    Mineral kalsit yang semula merupakan komposisi batugamping, akan mengalami perubahan sifat fisik dan optiknya menjadi marmer., namun komposisi kimianya tetap

PENGGOLONGAN DAN GENESA BAHAN GALIAN

Tidak semua tempat dipermukaan bumi terdapat semua jenis bahan galian yang anda pelajari. Dari pengalaman lapangan terdapat hubungan yang erat antara genesa ((cara terbentuknya) bahan galian dan tempat dimana bahan galian tersebut ditemukan. Berbagai cara penggolongan bahan galian telah disusun. Anda tinggal mengaplikasikan sesuatu dengan keperluan.

2.1. PENGGOLONGAN BAHAN GALIAN
Penggolongan bahan galian dapat dilakukan dengan beberapa cara. Model penggolongan yang mana yang dapat anda lakukan sangat tergantung pada keperluannya. Penggolongan tersebut adalah sebagai berikut:
(1). Berdasarkan atas cara terbentuknya
  • Bahan galian primer
  • Bahan galian sekunder
(2). Berdasarkan atas bentuk/fasenya
  • Berbentuk padat, antara lain batubara
  • Berbentuk cair, antara lain minyak bumi
  • Berbentuk gas, gas alam
(3). Berdasarkan atas unsure pembentuknya
  • Bahan galian logam, antara lain galena
  • Bahan galian non logam, batugamping
(4). Berdasarkan atas terdapatnya
  • Bahan galian yang berada didekat permukaan, antara lain batu lempung
  • Bahan galian yang berada jauh dari permukaan, antara lain chalcopyrit
(5). Berdasarkan atas cara teknik penambangan
  • Tambang permukaan, antara lain pasir besi
  • Tambang dalam, antara lain batubara
(6). Berdasarkan atas cara pengambilannya
  • Bahan galian yang diambil dengan cara dipompa, antara lain minyak bumi
  • Bahan galian yang diambil dengan cara disedot, antara lain timah di laut
  • Bahan galian yang diambil dengan cara digali, antara lain kaolin
  • Bahan galian yang diambil dengan cara disemprot, antara lain pasir
(7). Berdasarkan atas peranannya dalam pembangunan bangsa
  • Bahan galian strategis, antara lain minyak bumi
  • Bahan galian vital, antara lain batubara
  • Bahan galian non strategis dan non vital, antara lain batugamping
(8). Berdasarkan atas keberadaannya
  • Bahan galian yang ada di darat, antara lain aspalt
  • Bahan galian yang ada di laut, antara lain minyak bumi
(9). Berdasarkan atas tingkat kemurniannya
  • Bahan galian berbentuk unsur murni, antara lain emas, perak, intan
  • Bahan galian dalam bentuk senyawa, antara lain tembaga, perak, emas
Dari berbagai cara penggolongan bahan galian tersebut, penggolongan yang bersifat universal, paling ilmiah dan paling netral adalah pembagian yang didasarkan atas cara terjadinya (genesa), yaitu
  • (1). Bahan galian primer
  • (2). Bahan galian sekunder.
Pertimbangan yang lain; pembagian bahan galian nomor 2 sampai dengan nomor 9, ada yang masuk pada bahan galian primer atau bahan galian sekunder.

2.2. GENESA BAHAN GALIAN
Seperti telah dijelaskan pada uraian tersebut di atas, pembagian yang sifatnya universal, ilmiah dan netral adalah: Bahan galian primer dan Bahan galian sekunder
(1). Bahan galian primer
Bahan galian primer adalah bahan galian yang terjadinya berkaitan langsung dengan proses kegiatan magma. Magma pada saat membeku akan terjadi diferensiasi magma yaitu:
  • Magma yang bersifat asam, akan menghasilkan batuan beku asam, contoh granit
  • Magma yang bersifat intermediate, akan menghasilkan batuan beku intermediate, contoh diorit
  • Magma bersifat basa, akan menghasilkan batuan beku yang bersifat basa.,nontoh gabro
Deferensiasi magma akan mengikuti suatu reaksi yang dikenal dengan reaksi Bowen (Bowen Reaction Series
Pada Bowen Reaction Series tersebut akan diikuti dengan proses pembentukan mneral logam dan mineral non logam

Disamping terjadi diferensiasi, akan terjadi pembentukan berbagai:
  • macam mineral non logam
  • macam mineral logam
Tempat pembekuan magma juga berbeda-beda:
  • Ada yang membeku dekat permukaan, proses pembekuannya berlangsung relative lebih cepat, mineral tidak ada kesempatan membentuk diri sesuai dengan bentuk kristal ideal, ukuran mineral kecil-kecil sehingga tampak halus
  • Ada yang membeku jauh dari permukaan, proses pembekuannya berlangsung relative lebih lambat, kristal ada kesempatan membentuk diri sesuai dengan bentuk Kristal ideal, ukuran mineral besar-besar sehingga tampak kasar

Gambar 2.3. Proses terjadinya batuan intrusi (gbr.kiri), dan batuan ekstrusi (gbr.kanan)


Pembentukan bahan gaiian dapat juga terjadi secara perlahan-lahan sesuai dengan titik beku dari logam yang bersangkutan. Oleh sebab itulah:
  • Bahan galian logam dapat dijumpai dalam keadaan murni antara lain emas dan perak
  • Bahan galian dalam keadaan campuran dari beberapa logam, antara lain sylvanit [(AuAg)Te2]
    • Keduanya dijumpai dengan Jumlah relatif sedikit,
    • Diperhitungkan dalam ppm (part per million)= gram per ton batuan.

Untuk memisahkan berbagai jenis antara:
  • Mineral non logam dan logam,
  • Mineral logam dengan mineral logam lainnya,
  • Mineral non logam dengan mineral non logam lainnya
Dilakukan dengan teknik flotasi atau dengan ore dressing
  • Berdasarkan atas hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya konsentrasi bahan galian sesuai dengan jenis batuan yang terbentuk.
  • Masing-masing jenis batuan akan menempati daerah tertentu.
  • Penyebaran batuan dapat dilihat pada peta geologi (yang sudah tersedia) atau peta geologi (yang akan dibuat). Untuk itu, maka:
    • Mencari dan melihat data geologi dilapangan wajib dikuasai
    • Menduga keberadaan bahan galian dapat dibaca dari peta topografi harus cermat
    • Sebagai seorang geologist, kemampuan membuat peta geologi harus dikuasai
    • Anda akan menjadi geologist dengan tingkat kompetensi tiinggi, nilainya “mahal”
2). Bahan galian sekunder
Bahan galian sekunder adalah bahan galian yang merupakan hasil rombakan/detrital batuan yang terbentuk secara primer. Seperti telah anda ketahui, batuan yang terbentuk secara primer adalah batuan beku.
  • Oleh sebab itu bahan galian sekunder akan dijumpai pada batuan sedimen.
Batuan beku juga dapat mengalami proses metamorfose menjadi batuan metamorf.
  • Oleh sebab itu bahan galian sekunder akan dijumpai pada batuan metamorf.
  • Variasi jenis mineral logam yang dijumpai pada batuan metamorf sangat ditentukan oleh batuan asalnya.
Kesimpulan akhir:
Bahan galian sesuai dengan cara terjadinya dapat dijumpai pada daerah penyebaran:
  • Batuan beku
  • Batuan sedimen
  • Batuan metamorf
Catatan
Dalam hal komponen/fragmen pembentuk batuan sedimen merupakan batuan karbonate dan mempunyai besar ukuran butir:
  • Pebble-granule disebut sebagai calcirudite
  • Sand disebut sebagai calcarenite
  • Silt-clay disebut sebagai calcilutite

Dengan melihat peta geologi (yang sudah ada) atau peta geologi yang berhasil dibuat, anda dapat melakukan interpretasi awal tentang:
  • (1). Variasi bahan galian yang ada disuatu daerah
  • (2). Namun anda belum dapat mengetahui jumlah cadangan yang ada
    • Untuk kepentingan yang ke-2 anda harus melakukan pemetaan geologi detail (rinci)

BERBAGAI MACAM MINERAL NON LOGAM DAPAT DIBACA PADA BUKU: bahan galian industry (Sukandarrumidi, 2004)

2.3. TERDAPATNYA BAHAN GALIAN
Bahan galian dapat dijumpai dimana saja, namun bahan galian Industri tertentu akan terdapat pada batuan tertentu pula

  • Didaerah batuan beku:
    • umumnya dijumpai mineral logam yang terbentuk secara primer (baca buku: Geologi mineral logam-Sukandarrumidi 2009)
    • mineral hasil alterasi (baca buku Bahan galian industri-Sukandarrumidi 2004)
    • mineral yang berkaitan dengan metamorphose kontak (marmer, slate)
    • energi geothermal
  • Didaerah batuan sedimen:
    • Endapan sedimenter
    • Endapan evaporasi
    • Endapan placer
    • Endapan karbonat
    • Endapan hidrokarbon (minyak dan gas bumi) dan batubara
  • Didaerah batuan metamorf
    • Tergantung pada batuan asal (yang akhirnya menjadi batuan metamorfik)
    • Endapan metamorfose regional, lokal/kontak
Dengan demikian makin banyak variasi lithologi yang dapat dibaca pada peta geologi:
  • Makin bervariasi macam bahan galian yang ditemukan.
  • Tetapi anda tidak dapat menilai kuantita (jumlah) dan kualitas (mutu)
  • Untuk itu diperlukan pemetaan geologi detail, dan pengambilan contoh batuan ditindaklanjuti dengan analisa laboratorium

Dari genesa dan bentukan morfologi anda sudah dapat menduga bahan galian apa yang akan didapatkan didaerah tersebut. Beberapa contoh dapat dilihat sebagai berikut:

Masih banyak indikator/pertanda alam yang dapat dipakai sebagai tempat kemungkinan didapatkannya bahan tambang. Perhatikan hal-hal berikut:
  • Ditemuinya orang yang menambang bahan galian di daerah goa, pada umumnya menunjukan bahwa daerah tersebut merupakan pelamparan batugamping.
  • Dijumpainya air terjun menunjukkan ditempat itu terdapat batuan dengan tingkat resistensi tinggi, mungkin batuan beku atau batuan sedimen jenis breksi
  • Ditemuinya laki-laki yang mengidap penyakit kencing batu merupakan indikator bahwa ditempat tersebut terdapat pelamparan batugamping atau pelamparan napal
  • Dijumpainya endapan kaolin dalam jumlah yang banyak menunjukkan ditempat tersebut merupakan tempat singkapan granite


Featured Post

TEKNIK DETERMINASI

Siapkan perlengkapan untuk determinasi sebagai berikut: Mikroskop binokuler Tray yang berlubang-lubang kecil dengan dasar h...