8/20/14

FOSIL TUMBUHAN (PALEOBOTANI) DAN TUJUAN MEMPELAJARINYA


TEKNIK KOLEKSI FOSIL SERBUK SARI DAN SPORA




















TEKNIK PREPARASI FOSIL SERBUK SARI DAN PENGAMATAN PREPARAT FOSIL SERBUK SARI



Metode pembuatan preparat fosil tumbuhan


  1. Metode gosok
Batuan yang mengandung fosil (coal ball) dipotong untuk mendapatkan penampang fosil. Selanjutnya permukaannya diratakan dengan cara menggosokkannya pada bubuk karborundum (silikon karbida) yang diletakkan pacta permukaan kaca dan dibasahi dengan air. Potongan batuan yang sudah dihaluskan permukaannya tersebut kemudian ditempelkan pacta gelas benda dengan menggunakan perekat resin. Selanjutnya batuan dipotong tipis, dan setelah permukaannya dihaluskan, bagian atasnya ditutup dengan gelas penutup.
  1. Metode sayat
Pembuatan preparat fosil dengan metode sayat dibedakan menjadi dua macam teknik, yaitu: teknik cairan dan teknik lembaran.
Teknik cairan
Potongan batuan yang permukaannya telah diratakan dengan bubuk karborundum diletakkan dalam baki yang terbuat dari kaca, yang diisi dengan kerikil dari bahan silika, serta asam klorida 2 - 3%. Proses ini dinamakan etching, yang bertujuan melarutkan matriks yang berada di sekitar fosil. Setelah dibersihkan dengan air, maka pada bagian permukaan batuan yang ada fosilnya dituangkan larutan Darrah, dengan terlebih dahulu dibasahi dengan butil asetat. Komposisi larutan Darrah per 1 liter adalah:
a. Parlodion 28 g
b. Butil asetat 250 ml
c. Amil alkohol 30 ml
d. Xylol 10 ml
e. Minyak kastor / minyak jarak 3 ml
f. Eter 3 ml.

Larutan terdsebut didiamkan selarna 12 - 20 jam hingga mengering, untuk selanjutnya dapat dilepas sehingga bagian fosil tumbuhan akan terikut pada lapisan yang dikelupas tersebut.
Teknik lembaran
Langkah kerja yang dilakukan hingga proses etching adalah sarna dengan pada teknik cairan. Selanjutnya permukaan fosil ditutup dengan lembaran selulosa asetat (ketebalan 0,003 inchi), dengan terlebih dulu dibasahi dengan aseton. Lembaran selulosa asetat dibiarkan selama 30 menit, dan kemudian dilepas untuk mendapatkan penampang fosil.


Globigerina nepenthes TODD

Globigerina nepenthes TODD ( hlm 266)
Type lokasi : Locality S 621 , timur-tengah Saipan, pulau mariana
Diagnosis : Tes Trochospiral (low), compact (tersusun rapat) ; peri-peri equatorial lobulate(Posisi
aperture simetri, tepat diatas tepi peripheral dari putran awal cangkang yang hampir
planispiral) kecuali bagian akhir ; axial peri-peri rounded.
Dinnding penuh dengan lubang yang kelihatan jelas, permukaannya berbintik-bintik dengan agak rugosities dekat umbilical.
Kamar mengembang, dengan salah satu kamar terakhir menonjol kuat, tersusun dalam (kira-kira) tiga - setengah putran, dengan empat- lima kamar pada putaran terakhir.
Suture-sutur spiral, bersudut agak melengkung dan agak tertekan, (dorsal, dimana bagian sisi evolute dari suatu cangkang yang terputar secara trochospiral); umbilical side radial (Ventral, bagian sisi involute dari cangkang yang terputar trochospiral yang punya umbilicus), tertekan .
Umblicus sempit dan dangkal
Aperturl interiormarginal (Bukaan pada bagian dasar cangkang pada tepi kamar akhir, sepanjang sutura akhir, pada cangkang yang terputar posisinya), umbilical, melengkung semicircular, dibatasi oleh bibir / pinggir yang jelas.
Startigrafi, distribusi : Upper part Globorotalia siakensis zone into lower part Globoquadrina altispira zone. Questionable occurrence in lower part G. siakensis zone.

PALINOLOGI DAN KEGUNAANNYA (Kegunaan Analisis Serbuk Sari Dan Spora)

 
Analisis serbuk sari (pollen analysis) merupakan metode yang paling penting dalam rekonstruksi flora, vegetasi, dan lingkungan masa lampau, karena:
a. Sifat serbuk sari yang sangat awet atau tahan terhadap kerusakan akibat proses diagenesis.
b. Serbuk sari dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak.
c. Serbuk sari dapat tersebar sevara lebih luas dan merata dibandingkan dengan makrofosil.
d. Serbuk sari dapat diperoleh dari sedimen dalam jumlah yang sangat banyak sehingga memungkinkan untuk diuji secara kuantitatif / statistik.
Analisis serbuk sari dan spora dapat digunakan untuk:
a. Melacak sejarah kelompok dan jenis (spesies) tumbuhan
b. Melacak sejarah komunitas tumbuhan dan habitatnya
c. Menentukan umur relatif batuan atau sedimen
d. Memperlajari sejarah iklim
e. Mempelajari pengaruh manusia terhadap lingkungan
f. Mempelajari kandungan serbuk sari di udara dan pengaruhnya terhadap kesehatan
manusia
g. Menentukan kandungan serbuk sari dalam madu (melisopalinologi)
h. Membantu memecahkan kasus kriminologi

Pengertian Palinologi (fosil serbuk sari & spora)

Merupakan ilmu yang mempelajari tentang serbuk sari dan spora, baik yang masih hidup maupun yang sudah menjadi fosil. Kajian palinologi meliputi: sifat dan ciri, cara penyebaran, dan preservasinya.
Serbuk sari adalah tempat gametofit jantan pada generasi gametofit tumbuhan Gymnospermae dan Angiospermae. Spora adalah rase istirahat, dan merupakan alat pemencaran pada generasi gametofit tumbuhan Cryptogamae. Serbuk sari Gymnospermae dan spora Cryptogamae berbeda dengan serbuk sari Angiospermae, baik dalam hal sifat morfologinya maupun komposisi kimianya.
Penyebaran serbuk sari dan spora dapat terjadi melalui berbagai perantara, yaitu: angin, air, dan binatang. Penyebaran ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: turbulensi udara, arab dan kecepatan angin, berat dan bentuk serbuk sari / spora, serta ketinggian dan kekuatan sumber serbuk sari / spora.
Dalam hal preservasi, maka proses-proses fisik, kimia, dan biologi dapat mempengaruhi ketahanan dan keawetan serbuk sari / spora setelah dilepaskan dari tumbuhan.

8/17/14

Fossil Weekend

Globigerina binaiensis KOCH

Globigerina binaiensis KOCH (Hlm 262)
Tipe lokasi : Bulongan , Kalimantan Timur, Indonesia
Diagnosis : test /cangkang trochospiral (low)
Ekuator peri-peri subcircular-subqudrate, agak loulate, axial peri-
peheri besar membulat, dengan dorso dipinggir peri-peri
kamar berbentuk bola, kamar terakhir sampingnya tertekan, tertata/tersusun dalam tiga dan setengah putaran/lingkaran, tiga kamar dalam putaran terakhir bertambah dengan cepat dalam ukurannya
suture-sutur dalam sisi spiral sedikit bergaris sampai radial, tertekan
Umbilical side (ventral) radial, tertekan.
Umbilicus agak kecil
Aperture agak melengkung lemah, intermarginal ,umbilical, meperluas umbilicus di dasar muka aperture, which terjadi loncatan di cabang bagian samping cuping-seperti perluasan diakhir kamar.
Bibir meluas sampai dibagian tengah berbentuk lemah dan hadirnya “umbilcal tooth”
Stratigrafi dan distribusi : ranging throughout upper part Globigerina angulisuturalis zone, Globorotalia kugleri zone and lower part Globigerinoides trilobus zone. Questionable occurrence in middle part G. angulisuturalis zone.

Candeina nitida D’ORBIGNY

    Candeina nitida D’ORBIGNY
Tipe dan Lokasi : Cuba Dan Jamaika
Diagnosis : Test (cangkang) Trokospiral (medium-high)
Peri-peri bersifat ekuatorial lobulate (Posisi aperture simetri, tepat diatas tepi peripheral dari putran awal cangkang yang hampir planispiral), juga peri-peri aksial agak kasar dan melebar disekitarnya (Rounded).
Dinding cangkang dipenuhi dengan lubang yang halus dengan permukaan cangkang yang juga halus.
Kamar globular pada satu sisi, sedang pada sisi yang lain hampir datar (Hemisperical),
Tersusun dalam empat lingkaran, dengan pertumbuhan yang tetap pada ukurannya, kecuali pada kamar terakhir yang bisa saja kecil sampai sangat kecil.
Putaran terakhir terdiri dari / atas tiga kamar.
Sutur bergaris ramping sampai radial dengan keadaan tertekan.
Tidak ada lubang buakaan utama (Apertur utama) pada cangkang dewasa.
Rounded kecil pada Secondary aperture (Bukaan tambahan pada kamar utama, posis bisa areal, sutural atau periperial ), dengan bibir / tepi lingkaran yang melebar, dan sebagian besar mengelilingi secara sempurna pada kamar bagian belakang.
Stratigrafi / distribusinya, Upper part (Bagian atas) terdapat zona Globorotalia acostaensis (recent) sedangkan pada bagian zona bawahnya (lower part) keterdapatan G. acostaensis masih diragukan.

GLOBIGERINA ANGULISTURALIS (BOLLI)

Gloigerina angulisuturalis BOLLI (Hlm 260 PC)

Tipe Lokasi : Tipe lokasi zona Globorotalia opima, Trinidad
Diagnosis : Test Trochospiral (Terputar tidak pada satu bidang datar) (Low-
Medium).
Peri-peri bersifat ekuatorial lobulate (Posisi aperture simetri,
tepat diatas tepi peripheral dari putran awal cangkang yang
hampir planispiral), dalam , bersiku-siku U dengan keadaan sutures diantara kamar.
Peri-peri axial raounded.
Dinding penuh dengan lubang, permukaannya berbintik-bintik halus, rugose-nya ramping (ornamentasi kasar yang tak beraturan, bisa berupa punggungan) dekat dengan tepi lingkaran awal sampai lingkaran/putaran akhir.
Kamar-kamar berbentuk bola /bulat dan tertata dalam tiga sampai setengah lingkaran/putaran, dengan lima kamar diputaran terkahir bertambah ukurannya (secara sedang).
Sutures spiral side (dorsal, dimana bagian sisi evolute dari suatu cangkang yang terputar secara trochospiral), tertekan, radial.
Umbilcal side (Ventral, bagian sisi involute dari cangkang yang terputar trochospiral yang punya umbilicus) tertekan pada jari-jari lingkaran (radial).
Umbilicus (ruang yang dibentuk oleh tepi bagian dalam dinding umbilical dari kamar-kamar dalam suatu putaran yang sama.) Lebar /luas dan agak sedikit dalam
Apertur interiormarginal (Bukaan pada bagian dasar cangkang pada tepi kamar akhir, sepanjang sutura akhir, pada cangkang yang terputar posisinya ) Umbilical dengan agak melengkung dan dibatasi sedikit oleh bibir / pinggiran lingkaran.
Stratigrafi dan Distribusi : Ranging throughout the Globigerina angulisuturalis zone
and the lower part of the Globorotalia Kugleri zone



DINDING CANGKANG FORAMINIFERA



Karakter dasar dari foraminifera adalah adanya cangkang/test yang membentuk kamar-kamar yang dihubungkan oleh pori-pori halus (foramen). Cangkang/test foraminifera dapat trbentuk dari zat-zat yang gampingan,silikaan, chitin ataupun aglutin yang sangat resisten, sehingga golongan ini banyak yang terawetkan sebagai fosil.
Adapun macam-macam dinding cangkang foraminifera yaitu :


Dinding Khitin atau tektin
Merupakan bentuk dinding yang paling primitive pada foraminifera. Dinding tersebut terbuat dari zat organic yang menyerupai zat tanduk, fleksibel, transparan, biasanya berwarna kuning dan tidak berpori (imperforate). Foraminifera yang mempunyai bentuk dinding seperti itu jarang ditemukan sebagai fosil (kecuali golongan allogromidae), sedangkan golongan foraminifera seperti miliolidae, lituolidae, dan beberapa jenis astrorhizidae, sebagian dari dinding cangkangnya juga terbuat dari khitin, tetapi biasanya hanya melapisi bagian dalamnya saja. Cushman (1955) menganggap bentuk dinding ini adalah bentuk dinding yang paling primitive, yang dalam perkembangan selanjutnya akan berubah menjadi dinding aglutin atau arenaceous dengan jalan mengumpulkan material asing dari sekitarnya yang kemudian direkatkan ke bagian luar tubuhnya.
Dinding Aglutin atau arenacous
Adalah dinding test yang terbuat dari material asing yang direkatkan satu sama lain dengan semen. Berdasrkan kulitas, maka ukuran Dan bentuk material yang dipergunakan dapat dibedakan menjadi dua. Pada dinding arenacous, material asingnya hanya terdiri atas butiran pasir saja, sedangkan pada dinding agulitin, material asingnya terdiri atas bermacam-macam material seperti mika, spong-spikulae, cangkang foram, lumpur, Dan sebagainya. Biasanya, test semacam ini mempunyai lapisan khitin yang tipis di bagian dalamnya.
Zat perekat dapat berupa tektin atau khitin yang dihasilkan oleh organisme itu sendiri, atau semen yang kadang-kadang mengandung senyawa besi sehingga menyebabkan warna merah pada permukaan cangkang. Beberapa bentuk foraminifera yang mempergunakan semen gampingan bisanya dijumpai pada lingkungan air hangat, sedangkan yang mengelurkan semen silikaan biasanya dijumpai pada perairan dingin.


Dinding Silikaan (Siliceous)
Dinding tipe ini jarang ditemukan. Material silikaan dapat dihasilkan oleh organisme itu sendiri atau dapat juga merupakan material sekunder dalam pembentukannya. Contoh foraminifera yang dapat mempunyai dinding silikaan adalah golongan Ammodiscidae, Hyperamminidae, silicimidae, Dan beberapa spesies dari golongan miliolidae.
Dinding Gampingan
Williamson (1958), dalam pengamatannya pada foraminifera resen, mengklasifikasikan tipe dinding gampingan ini menjadi dua, yeti dinding porselen Dan hyaline. Tetapi, selain kedua tipe ini masih terdapat tipe dinding gampingan yang lain, yeti tipe dinding gampingan yang granuler Dan kompleks. Jadi, terdapat empat tipe dinding gampingan yaitu :


Dinding gampingan Porselen
Terbuat dari zat gampingan, tidak berpori, mempunyai kenampakan seperti porselen, dengan sinar langsung (episkopik) berwarna opak (Buram) Dan putih, dengan sinar transmisi (Diaskopik) berwarna amber.
Galloway (1933), dengan sinar x, meneliti dinding porselen ini Dan menyimpulkan bahwa tipe dinding tersebut terdiri atas Kristal kalsit yang krypto-kristalin. Sementara itu, Cushman & Warner (1940) beranggapan bahwa tipe ini merupakan campuran dari zat gampingan Dan khitin sehingga menimbulkan warna amber.
Contoh foraminifera berdinding porselen adalah golongan miliolidae seperti quinqueloculina, triloculina, pyrgo Dan golongan peneroplidae seperti peneroplis, sorites, Dan orbitolites.

Dinding Gampingan Hyalin (Vitrocalcarea)
Hampir kebanyakan foraminifera mempunyai dinding tipe ini. Tipe dinding ini merupakan dinding gampingan yang bersifat baning Dan transparan, berpori. Umumnya, yang berpori halus dianggap lebih primitive daripada yang berpori kasar. Golongan Nadosaridae, Globigerinidae, Dan Polymorphinidae mempunyai diameter pori sekitar 5-6 mikrometer, sedangkan beberapa jenis lain seperti anomalina, planulina Dan cibicides besar lubang porinya lebih kurang 15 mikro meter.
Dinding gampingan yang granular
Kebanyakan foraminifera yang hidup pada zaman paleozoikum(terutama yang hidup diawal paleozoikum) mempunyai dinding cangkan yang terdiri atas Kristal kalsit yang granular tanpa ada material asing atau semen, seperti pada Endothyra, beberapa spesies bradyina, hyperammina Dan beberapa bentuk yang menyerupai ammodiscus atau spirillina. Plummer (1930) Dan beberapa penulis lain beranggapan bahwa materi pembentuk dinding ini dihasilkan oleh bintang itu sendiri. Dalam sayatan tipis, dinding ini tampak gelap.
Dinding gampingan yang kompleks
Dinding tipe ini terdapat pada golongan fusulindae (Foram besar) ; mempunyai beberapa lapisan yang berdasarkan lapisan-lapisan tersebut kita data membedakan antara tipe fusulinellid dn schwagerinid.

ISTILAH PENTING UNTUK MENGENAL FOSIL OSTRACODA















































































































































































ISTILAH-ISTILAH PENTING PADA FOSIL FORAMINIFERA





























































































































PENGAPLIKASIAN FOSIL OSTRACODA UNTUK BIOSTRATIGRAFI


Featured Post

TEKNIK DETERMINASI

Siapkan perlengkapan untuk determinasi sebagai berikut: Mikroskop binokuler Tray yang berlubang-lubang kecil dengan dasar h...