KONSEP
DASAR PENYUSUNAN
BIOSTRATIGRAFI
DENGAN FOSIL MIKRO
Penyusunan
biostratigrafi dengan memanfaakan fosil mikro, contoh batuan yang
diproses dapat diperoleh dengan cara :
- Mengambil contoh (sampel) batuan di lapangan dari singkapan batuan terpilih
- Memanfaatkan contoh batuan dalam bentuk core pemboran di lapangan
- Memanfaatkan sampel batuan dari serpihan pemboran / cutting
Dalam
menyusun biostratigrafi, prosedur kerja harus diikuti. Prosedur kerja
tersebut antara lain :
- Persiapkan semua contoh batuan yang akan diproses, susun sesuai dengan urutan startigrafi, catat nomor kode batuan yang akan dianalisis
- Contoh batuan yang sudah dipersiapkan, diambil sebagaian dengan volume tertentu atau dengan berat tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat vertilitas (kelimpahan fosil) batuan
- Contoh batuan yang terpilih, diproses untuk mendapatkan washed residu
- Proses washed residu lebih lanjut dan pisahkan antara fosil dengan mineral
- Deskripsi semua fosil yang telah dipisahkan hingga tingkatan sepcies. Manfaatkan figure type fosil yang ditemukan untuk menentukan nama dalam taksonomi
- Hitung jumlah individu untuk masing-masing spesies
- Susun dalam bentuk table nama fosil dan kelimpahannya. Disarankan dalam membuat tabel nama fosil disamping dipertimbangkan urutan stratigrafi contoh batuan, juga kemunculan awal FA dari spesies yang bersangkutan perlu diperhatikan
- Susun biostratigrafi dengan konsep :
- Apabilah contoh batuan diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, (yaitu pada saat membuat startigrafi terukur, baik stratigarfi lintasan tunggal atau berjenjang, tatacara menyusun biostartigrafi memperhatikan FA. Hal ini dipertimbangkan karena tidak terjadi kontaminasi fosil dari contoh batuan lain. Disamping itu, kedudukan contoh batuan dapat diketahui dengan pasti.
- Apabila contoh batuan yang diperoleh merupakan core, kemunculan awal atau FA yang harus diperhatikan, mengingat karena sampel batuan tidak terkontaminasi dengan contoh batuan yang lain, juga kedudukan dan kedalaman dapat diketahui dengan pasti.
- Apabilah contoh batuan yang diperoleh merupakan serpihan pemboran maka kemunculan akhir dari fosil itu (LA) yng harus dicermati. Hal tersebut dilakukan karena sampel batuan telah terkontaminasi dengan serpihan batuan yang lain. Kontaminasi tersebut tidak dapat dihindari dan pasti akan terjadi.
Disamping kedudukan
atau kedalaman belum diketahui dengan pasti. Biostratigrafi yang
disusun oleh Billman dkk (1987) mempergunakan konsep Kemunculan akhir
dari spesies fosil. Hasil penelitian mereka membuktikan bahwa foram
bentos kecil dapat dipergunakan untuk menyusun biostratigrafi
Apabilah tahapan
penyusunan biostratigrafi telah selesai dilakukan, langka selanjutnya
paleontologist melakukan interpertasi sesuai dengan tujuan penelitian
geologi.
- Pengambilan Sampel Untuk Menyusun Biostratigarfi Dengan Metode Pengamatan Langsung Di Lapangan
- Persiapkan peta geologi daerah yang akan diteliti
- Tentukan Formasinya
- Lakukan Orientasi Lapangan
- Cari dan tentukan singkapan litologi dengan GPS
- Tentukan kedudukan stratigarfi litologi dengan berpedoman pada strike & dip
- Apabila daerah yang bersangkutan tidak mempunyai peta geologi maka anda harus : Membuat peta geologi terlebih dahulu, kemudian tentukan formasi batuan yang akan diteliti biostratigrafinya
- Apabila dilapangan tidak didapatkan singkapan batuan, karena permukaan topografinya tetutup oleh palapukan batuan atau endapan alluvial, maka sampel batuan terpaksa diperoleh dengan cara melakukan pemboran dangkal
- Timbul pertanyaan mendasar, berapa meter interval pengambilan sampel batuan ? secara ideal, tiap perlapisan diambil contonya !
- Timbul pertanyaan, bagaimana apabilah perlapisan batuan tipis yaitu batuan yang mempunyai ketebalan satu sentimeter, sedang tebal formasi batuan keseluruhan 500 meter, bilamana dan berapa banyak contoh yang harus diambil ?
- Lakukan treatment sampel dengan mengikuti standart kerja yang telah ditentukan.
Reference
: Script/note Lecture Geology Eng (Institut of science &
Technology Akprind Yogyakarta)