3/1/14

Pengukuran arah, dislope dan beda tinggi pada foto udara



Pengukuran Arah.
Pengukuran arah pada foto udara prinsipnya sama dengan pengukuran pada peta tofografi. Alat yang perluh digunakan adalah busur derajat ataukompas geologi. Dalam pengukuran hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
·         Bagian tepi (sisi) kiri atau kanan foto udara belum tentu merupakan arah utara-selatan, karena demikian dalam foto udara perlu ditarik garis yang berarah utara- selatan.
·         Garis arah utara – selatan ditarik sejajar dengan arah jarum magnet pada kompas geologi pada saat jarum utara menunjukan arah N 0oE pada saat foto udara sudah diorientasikan dengan peta tofografi.
·         Sebelum mulai pengukuran arah garis pada foto udara tersebut ditambatkan kemeja dengan cellophane – tape agar posisinya tidak berubah.
v  Pengukuran Paralaks Stereoskopik
Pengukuran Paralaks Stereoskopik ada 2 cara yaitu :
A.    Cara monoskopik dan cara stereoskopik, cara ini masih dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a)      Pengukuran lembar perlembar. Alat yang digunakan adalah pengaris biasa atau pengaris mikro (pengaris khusus dengan noninous ketelitihan 1/100 mm). Cara pengukuran :
·         Tiap lembar foto udara dicari pusat fotonya dengan mengunakan fiducial mark.
·         Tentukan pusat konyugasi masing-masing foto udara.
·         Hubungan pusat foto dan foto konyiugasi sampai terbentuk jalur terbang (sumbu X).
·         Buat sumbu Y ± sumbu X.
·         Pada foto udara dibuat hal seperti diatas, kemudian diukur paralaks titik-titik yang dikehendaki.
v  Pengukuran dalam susunan orientasi stereoskopik
Kedua foto udara yang berpasangan diorientasikan dengan bantuan stereoskop, kemudian dipindahkan dan pengukuran jarak d dan D dengan mistar. Titik A = titik yang diukur paralaksnya.
d          = jarak dari titik A1 ke titik A2
D         = jarak dari PP1 ke PP2
PA           = paralaks stereoskop titik A
v  Pengukuran  Beda Tinggi.
Pengukuran beda tinggi dapat dilakukan dengan rumus paralaks sebagai berikut (sutanto 1983) :
1.     
2.     
3.     
4.     
5.     
Keterangan :            =  Beda  tinggi
Hb           =  Tinggi pesawat dari titik B (titik bagian bawah yang                                                                   diukur). Skala foto                                                                            è    X
                      PB          = Paralaks titik B
                      PA         =  Paralaks titik A (titik A bagian puncak obyek)
                               =  PA – PB
                      H           =  Tinggi terbang pesawat.
                      b            =  Jarak dasar foto udara.
                      B           = Jarak dasar udara
                      F            = Jarak fokus lensa kamera
v Pengukuran Jarak Horizontal.
            Jarak pada foto udara tidak mencerminkan jarak yang sebenarnya dilapangan, karena ada pergeseran. Untuk menentukan jarak horizontal yang sebenarnya digunakan cara grafis. Pengukuran jarak secara grafis :
1.      Tentukan titik pusat masing-foto yang berpasangan.
2.      Letakan plastik bening pada masing-masing foto udara.
3.      Titik pusat foto (n1 dan n2) dan titik pusat foto konyugasi (n1’ dan n2’) diplot pada plastik bening.
4.      Tarik garis dari n1 ke A1  dan ke B1 juga garis n2 ke A2 dan n2, B2 pada plastik bening (garis AB adalah yang akan ditentukan jaraknya).
5.      Masing – masing plastik bening dipasang berhimpitan.
6.      Titik potong antara  n1 A1 dan n2 A2 serta n1 B1 dan n2 B2 dihubungkan. Garis penghubun itu adalah jarak AB yang terkoreksi. Jarak AB dilapangan = dAB x H/f .
Ket.     : dAB    = Jarak AB pada foto yang sudah terkoreksi.
                         H        = Tinggi terbang pesawat dari bidang datar.
                        f           = Jarak fokus kamera.
v  Pengukuran Dislope.
Dislope merupakan kemiringan lereng topografi yang juga merupakan kemiringan lapisan batuan sedimen sering tampak pada foto udara. Dislope terdapat pada bentuk lahan hogback, cuesta atau sayap antiklin yang sudah tererosi. Dislope dapat diukur dengan mengunakan :
a.Pengukuran dislope dengan dislope meter
·         Aturlah kedudukan sepasang foto udara dibawah steroskop sampai terbentuk stereomodel.
·         Aturlah kedudukan slopemeter dibawah steroskop sampai bidang slopemeter berhimpit/sebidang dengan bidang dipslope.
·         Ukurlah kemiringan bidang slopemeter dengan busur derajat. Besar sudut itu adalah kemiringan dipslope tereksagenerasi.
·         Tentukan angka eksagenerasi (E) pengamat dengan rumus :
s : tinggi steroskop
e : jarak dasar mata pengamat
H : tinggi terbang pesawat
B : jarak dasar udara = b x penyebut skala foto
b : jarak dasar foto udara
·         Tentukan dasar kemiringan dipslope dengan mengunakan slopeconversion chart.
a.       Pengukuran dipslope dengan rumus paralaks
Rumus paralaks yang digunakan adalah :
·         Ukurlah paralaks titik A(PA) dan paralaks titik B (PB)
·         Hitung ΔP = PΔ - PB
·         B = jarak focus lensa kamera udara (biasanya f = 153 mm )
·         Tentukan jarak d dengan cara seperti pada Bab V
·         Dipslope = α dapat dihitung dengan rumus tersebut diatas
v  Pengukuran Tebal Lapisan Batuan
Tebal lapisan batuan dapat diukurkan dengan fotogrametri apabila ada foto yang tampak jelas kemiringan dipslope seperti pada gambar 8.1
Tebal lapisan batuan dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
·         Tentukan paralaks titik A(PA) dan paralaks titik B(PB).
·         Hitung ΔP = PA-PB
·         Tentukan Δh dengan rumus
H = tinggi terbang pesawat udara dari bidang dasar
·         Tentukan dipslope (α) dengan slopemeter atau dengan rumus :
F : jarak folus lensa kamera
·         t1 = Δh.cos α                t2 =d . H/T. sin α
·         Tebal lapisan batuan = t = t1 = t2
t =Δh. cos α + d . H/T. sin α
·         Tebal lapisan batuan dapat pula ditentukan dengan rumus :
t = dBd . H/T .  sin α

Featured Post

TEKNIK DETERMINASI

Siapkan perlengkapan untuk determinasi sebagai berikut: Mikroskop binokuler Tray yang berlubang-lubang kecil dengan dasar h...