Pengukuran Arah.
Pengukuran arah pada foto udara prinsipnya sama dengan
pengukuran pada peta tofografi. Alat yang perluh digunakan adalah busur derajat
ataukompas geologi. Dalam pengukuran hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
·
Bagian
tepi (sisi) kiri atau kanan foto udara belum tentu merupakan arah
utara-selatan, karena demikian dalam foto udara perlu ditarik garis yang
berarah utara- selatan.
·
Garis
arah utara – selatan ditarik sejajar dengan arah jarum magnet pada kompas
geologi pada saat jarum utara menunjukan arah N 0oE pada saat foto
udara sudah diorientasikan dengan peta tofografi.
·
Sebelum
mulai pengukuran arah garis pada foto udara tersebut ditambatkan kemeja dengan
cellophane – tape agar posisinya tidak berubah.
v
Pengukuran Paralaks Stereoskopik
Pengukuran Paralaks Stereoskopik ada 2 cara yaitu :
A.
Cara monoskopik dan cara stereoskopik, cara ini masih dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a)
Pengukuran
lembar perlembar. Alat yang digunakan adalah pengaris biasa atau pengaris mikro
(pengaris khusus dengan noninous ketelitihan 1/100 mm). Cara pengukuran :
·
Tiap
lembar foto udara dicari pusat fotonya dengan mengunakan fiducial mark.
·
Tentukan
pusat konyugasi masing-masing foto udara.
·
Hubungan
pusat foto dan foto konyiugasi sampai terbentuk jalur terbang (sumbu X).
·
Buat
sumbu Y ± sumbu X.
·
Pada
foto udara dibuat hal seperti diatas, kemudian diukur paralaks titik-titik yang
dikehendaki.
v
Pengukuran dalam susunan orientasi stereoskopik
Kedua foto udara yang berpasangan diorientasikan dengan
bantuan stereoskop, kemudian dipindahkan dan pengukuran jarak d dan D dengan
mistar. Titik A = titik yang diukur paralaksnya.
d = jarak
dari titik A1 ke titik A2
D = jarak
dari PP1 ke PP2
PA =
paralaks stereoskop titik A
v
Pengukuran Beda
Tinggi.
Pengukuran beda tinggi dapat dilakukan dengan rumus
paralaks sebagai berikut (sutanto 1983) :
1.
2.
3.
4.
5.
Keterangan : =
Beda tinggi
Hb =
Tinggi pesawat dari titik B (titik bagian bawah yang
diukur). Skala foto è X
PB = Paralaks titik B
PA =
Paralaks titik A (titik A bagian puncak obyek)
= PA – PB
H =
Tinggi terbang pesawat.
b =
Jarak dasar foto udara.
B = Jarak dasar udara
F = Jarak fokus lensa kamera
v Pengukuran
Jarak Horizontal.
Jarak
pada foto udara tidak mencerminkan jarak yang sebenarnya dilapangan, karena ada
pergeseran. Untuk menentukan jarak horizontal yang sebenarnya digunakan cara
grafis. Pengukuran jarak secara grafis :
1.
Tentukan
titik pusat masing-foto yang berpasangan.
2.
Letakan
plastik bening pada masing-masing foto udara.
3.
Titik
pusat foto (n1 dan n2) dan titik pusat foto konyugasi (n1’
dan n2’) diplot pada plastik bening.
4.
Tarik
garis dari n1 ke A1
dan ke B1 juga garis n2 ke A2 dan n2,
B2 pada plastik bening (garis AB adalah yang akan ditentukan
jaraknya).
5.
Masing
– masing plastik bening dipasang berhimpitan.
6.
Titik
potong antara n1 A1 dan
n2 A2 serta n1 B1 dan n2
B2 dihubungkan. Garis penghubun itu adalah jarak AB yang terkoreksi.
Jarak AB dilapangan = dAB x H/f .
Ket. : dAB = Jarak AB pada foto yang sudah terkoreksi.
H =
Tinggi terbang pesawat dari bidang datar.
f =
Jarak fokus kamera.
v
Pengukuran Dislope.
Dislope merupakan kemiringan lereng topografi yang juga
merupakan kemiringan lapisan batuan sedimen sering tampak pada foto udara.
Dislope terdapat pada bentuk lahan hogback, cuesta atau sayap antiklin yang
sudah tererosi. Dislope dapat diukur dengan mengunakan :
a.Pengukuran dislope dengan dislope meter
·
Aturlah kedudukan sepasang foto udara
dibawah steroskop sampai terbentuk stereomodel.
·
Aturlah kedudukan slopemeter dibawah
steroskop sampai bidang slopemeter berhimpit/sebidang dengan bidang dipslope.
·
Ukurlah kemiringan bidang slopemeter
dengan busur derajat. Besar sudut itu adalah kemiringan dipslope
tereksagenerasi.
·
Tentukan angka eksagenerasi (E) pengamat
dengan rumus :
s
: tinggi steroskop
e
: jarak dasar mata pengamat
H
: tinggi terbang pesawat
B
: jarak dasar udara = b x penyebut skala foto
b
: jarak dasar foto udara
·
Tentukan dasar kemiringan dipslope
dengan mengunakan slopeconversion chart.
a. Pengukuran
dipslope dengan rumus paralaks
Rumus
paralaks yang digunakan adalah :
·
Ukurlah paralaks titik A(PA)
dan paralaks titik B (PB)
·
Hitung ΔP = PΔ - PB
·
B = jarak focus lensa kamera udara
(biasanya f = 153 mm )
·
Tentukan jarak d dengan cara seperti
pada Bab V
·
Dipslope = α dapat dihitung dengan rumus
tersebut diatas
v Pengukuran Tebal Lapisan Batuan
Tebal
lapisan batuan dapat diukurkan dengan fotogrametri apabila ada foto yang tampak
jelas kemiringan dipslope seperti pada gambar 8.1
Tebal
lapisan batuan dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
·
Tentukan paralaks titik A(PA) dan
paralaks titik B(PB).
·
Hitung ΔP = PA-PB
·
Tentukan Δh dengan rumus
H
= tinggi terbang pesawat udara dari bidang dasar
·
Tentukan dipslope (α) dengan slopemeter
atau dengan rumus :
F
: jarak folus lensa kamera
·
t1 = Δh.cos α t2 =d . H/T. sin α
·
Tebal lapisan batuan = t = t1 = t2
t
=Δh. cos α + d . H/T. sin α
·
Tebal lapisan batuan dapat pula
ditentukan dengan rumus :
t
= dBd . H/T . sin α