Mungkinkah perilaku kawin-mawin berasal
dari sebuah masa 570 tahun lalu ? Tim paleontology yang sedang meneliti di
Australia menunjuk ke masa itu lewat temuan fosil berupa hewan mirip sedotan di
dasar laut.
Funisia dorothea adalah nama hewan purba itu,
ditemukan berbongol-bonggol, menancap rapat ke dasar laut dangkal berpasir yang kini dikenal sebagai
cekungan belakang busur Australia. Usia setiap individunya yang bersifat sebaya
dan dasar bonggol yang sama mendasari kesimpulan team, bahwa hewan-hewan yang
tumbuh tegak sepanjang 30 cm itu berasal dari penetasan telur yang simultan, bukan dari kelahiran aseksual
yang tidak terkoordinasi.
Mary
droser, professor paleontology di universitas California, yang memimpin
ekskavasi funisia, menduga jenis hewan ( fosil) itu punah ketika badai mengangkat dasar laut dan
menguburnya kedalam pasir. Masa itu tergolong masa neoproterozoic, sebuah masa
sepanjang 100 juta tahun yang terakhir 540 juta tahun lalu.
Berdasarkan
usianya, funisia membentuk ekosistem hewan pertama yang paling dini di bumi.
Funisia bertubuh lunak, tetapi aman dari predator karena memang belum ada jenis
hewan lainnya yang berkembang. Bahkan cacing dan hewan-hewan pengurai pun belum
muncul. Secara umum, mereka tumbuh rapat satu sama lain, sebagian untuk
memastikan kesuksesan reproduksi. Perilaku itu mirip cara spora dan karang
bereproduksi dan berkembang saat ini. Fakta bahwa funisia terdiri atas
paket-paket yang tumbuh rapat di laut, memungkinkan kami menyimpulkan kalau
organisme ini berproduksi secara seksual.
Dalam
laporannya yang ditulis di jurnal science, drose wood, dan anggota tim lainnya
belum mampu mengidentifikasi mulut funisia atau bagian anatomi lainnya. Tetapi
yang sudah bisa dipastikan adalah perilaku seks funisia lebih bersifat
fungsional daripada hubungan sosial.
Droser
memilih nama dorothea untuk fosil temuannya itu dari nama ibunya. Dorothy
droser, ibunyalah yang selama ini berperan mengasuh anak-anaknya ketika
ditinggal untuk meneliti, termasuk untuk bekal sebuah ekspedisi.