3.1
Stratigrafi Regional
Daerah Pegunungan
Selatan Bagian Barat yang pada umumnya tersusun oleh batuan sedimen
volkaniklastik dan batuan karbonat. Batuan volkaniklastik sebagian
besar terbentuk oleh pengendapan gaya berat (gravity
depositional processes)
yang menghasilkan endapan kurang lebih setebal 4000 meter. Hampir
keseluruhan batuan sedimen tersebut mempunyai kemiringan ke arah
selatan. Urutan stratigrafi penyusun Pegunungan Selatan Bagian Barat
dari tua ke muda adalah :
1. Kebo – Butak
Formasi
Formasi ini secara
umum terdiri-dari konglomerat, batupasir, dan batulempung yang
menunjukkan kenampakan pengendapan arus turbid maupun pengendapan
gaya berat yang lain. Di bagian bawah oleh Bothe disebut sebagai
anggota Kebo (Kebo
beds)
yang tersusun antara batupasir, batulanau, dan batulempung yang khas
menunjukkan struktur turbidit dengan perselingan batupasir
konglomeratan yang mengandung klastika lempung. Bagian bawah anggota
ini diterobos oleh sill
batuan beku.
Bagian atas dari
formasi ini termasuk anggota Butak yang tersusun oleh perulangan
batupasir konglomeratan yang bergradasi menjadi lempung atau lanau.
Ketebalan rata-rata formasi ini kurang lebih 800 meter. Urutan yang
membentuk Formasi Kebo – Butak ini ditafsirkan terbentuk pada
lingkungan lower
submarine fan
dengan beberapa interupsi pengandapan tipe mid
fan
yang terbentuk pada Oligosen Akhir (N2 – N3).
2. Formasi
Semilir
Secara umum formasi
ini tersusun oleh batupasir dan batulanau yang bersifat tufan,
ringan, dan kadang-kadang diselingi oleh selaan breksi volkanik.
Fragmen yang menyusun breksi maupun batupasir biasanya berupa
batuapung yang bersifat asam. Di lapangan biasanya dijumpai
perlapisan yang begitu baik, dan struktur yang mencirikan turbidit
banyak dijumpai. Langkanya kandungan fosil pada formasi ini
menunjukkan bahwa pengendapan berlangsung secara cepat atau berada
pada daerah yang sangat dalam, berada pada daerah ambang kompensasi
karbonat (CCD), sehingga fosil gampingan sudah mengalami korosi
sebelum mencapai dasar pengendapan. Umur dari formasi ini diduga
adalah pada Miosen Awal (N4) berdasar pada keterdapatan
Globigerinoides
primordius
pada daerah yang bersifat lempungan dari formasi ini, yaitu di dekat
Piyungan (Van Gorsel, 1987). Formasi Semilir ini menumpang secara
selaras di atas anggota Butak dari Formasi Kebo – Butak. Formasi
ini tersingkap secara baik di wilayahnya, yaitu di tebing gawir
Baturagung di bawah puncak Semilir.
3. Formasi
Nglanggeran
Formasi ini berbeda
dengan formasi-formasi sebelumnya, yang dicirikan oleh penyusun
utamanya berupa breksi dengan penyusun material volkanik, tidak
menunjukkan perlapisan yang baik dengan ketebalan yang cukup besar,
bagian yang terkasar dari breksinya hampir seluruhnya tersusun oleh
bongkah-bongkah lava andesit, sebagian besar telah mengalami
breksiasi.
Formasi
ini ditafsirkan sebagai pengendapan dari aliran rombakan yang berasal
dari gunungapi bawah laut, dalam lingkungan laut, dan proses
pengendapan berjalan cepat, yaitu hanya selama Miosen Awal (N4).
Singkapan utama dari
formasi ini adalah di Gunung Nglanggeran pada Perbukitan Baturagung.
Kontaknya dengan Formasi Semilir di bawahnya merupakan kontak yang
tajam. Hal inilah yang menyebabkan mengapa Formasi Nglanggeran
dianggap tidak searas di atas Formasi Semilir. Namun perlu diingat
bahwa kontak yang tajam itu bisa terjadi karena perbedaan mekanisme
pengendapan dari energi sedang atau rendah menjadi energi tinggi
tanpa harus melewati kurun waktu geologi yang cukup lama. Hal ini
sangat biasa dalam proses pengendapan akibat gaya berat. Van Gorsel
(1987) menganggap bahwa pengendapannya diibaratkan proses runtuhnya
gunungapi seperti Krakatau yang berada di lingkungan laut.Ke arah
atas, yaitu ke arah Formasi Sambipitu, Formasi Nglanggeran berubah
secara bergradasi, seperti yang terlihat pada singkapan di Sungai
Putat.
4. Formasi
Sambipitu
Di atas Formasi
Nglanggeran kembali terdapat formasi batuan yang menunjukkan
ciri-ciri turbidit, yaitu Formasi Sambipitu. Formasi ini tersusun
oleh batupasir yang bergradasi menjadi batulanau atau batulempung. Di
bagian bawah, batupasirnya masih menunjukkan sifat volkanik, sedang
ke arah atas sifat volkanik ini berubah menjadi batupasir yang
bersifat gampingan. Pada batupasir gampingan ini sering
dijumpai fragmen dari koral dan foraminifera besar yang berasal dari
lingkungan terumbu laut dangkal yang terseret masuk dalam lingkungan
yang lebih dalam akibat arus turbid.
Ke
arah atas, Formasi Sambipitu berubah secara gradasional menjadi
Formasi Wonosari (anggota Oyo) seperti singkapan yang terdapat di
Sungai Widoro di dekat Bunder. Formasi Sambipitu terbentuk selama
zaman Miosen, yaitu kira-kira antara N4 – N8 atau NN2 – NN5.
5. Formasi Oyo –
Wonosari
Selaras di atas
Formasi Sambipitu terdapat Formasi Oyo – Wonosari. Formasi ini
terutama terdiri-dari batugamping dan napal. Penyebarannya meluas
hampir setengah bagian dari Pegunungan Selatan memanjang ke timur,
membelok ke arah utara di sebelah Perbukitan Panggung hingga mencapai
bagian barat dari daerah depresi Wonogiri – Baturetno.
Bagian
terbawah dari Formasi Oyo – Wonosari terutama tersusun dari
batugamping berlapis yang menunjukkan gejala turbidit karbonat yang
terendapkan pada kondisi laut yang lebih dalam, seperti yang terlihat
pada singkapan di daerah di dekat muara Sungai Widoro masuk ke Sungai
Oyo. Di lapangan batugamping ini terlihat sebagai batugamping
berlapis, menunjukkan sortasi butir dan pada bagian yang halus banyak
dijumpai fosil jejak tipe burial
yang terdapat pada bidang permukaaan perlapisan ataupun memotong
sejajar perlapisan. Batugamping kelompok ini disebut sebagai anggota
Oyo dari
6. Formasi
Wonosari.
Ke arah lebih muda,
anggota Oyo ini bergradasi menjadi dua fasies yang berbeda. Di daerah
Wonosari, semakin ke selatan batugamping semakin berubah menjadi
batugamping terumbu yang berupa rudstone,
framestone, floatstone,
bersifat lebih keras dan dinamakan sebagai anggota Wonosari dari
Formasi Oyo – Wonosari (Bothe, 1929). Sedangkan di barat daya Kota
Wonosari batugamping terumbu ini berubah menjadi batugamping berlapis
yang bergradasi menjadi napal yang disebut sebagai anggota Kepek dari
Formasi Wonosari. Anggota Kepek ini juga tersingkap di bagian timur,
yaitu di daerah depresi Wonogiri – Baturetno, di bawah endapan
kuarter seperti yang terdapat di daerah Eromoko. Secara keseluruhan,
formasi ini terbentuk selama Miosen Akhir (N9 – N18).
7.Endapan Kuarter
Di atas seri batuan
Endapan Tersier seperti telah tersebut di atas, terdapat suatu
kelompok sedimen yang sudah agak mengeras hingga masih lepas. Karena
kelompok ini di atas bidang erosi, serta proses pembentukannya masih
berlanjut hingga saat ini, maka secara keseluruhan sedimen ini
disebut sebagai Endapan Kuarter. Penyebarannya meluas mulai dari
timur laut Wonosari hingga daerah depresi Wonogiri – Baturetno.
Singkapan yang baik dari Endapan Kuarter ini terdapat di daerah
Eromoko, sekitar Waduk Gadjah Mungkur.
Secara
stratigrafi Endapan Kuarter di daerah Eromoko, Wonogiri terletak
tidak selaras di atas Endapan Tersier yang berupa batugamping
berlapis dari Formasi Wonosari atau breksi polimik dari Formasi
Nglanggeran. Ketebalan tersingkap dari Endapan Kuarter tersebut
berkisar antara 10 hingga 14 meter. Umur Endapan Kuarter tersebut
diperkirakan Pliestosen Bawah.
Stratigrafi Endapan
Kuarter di daerah Eromoko, Wonogiri secara vertikal tesusun dari
perulangan tuf halus putih kekuning-kuningan dengan perulangan
gradasi batupasir kasar ke batupasir sedang dengan lensa-lensa
konglomerat. Batupasir tersebut mempunyai struktur silang siur tipe
palung, sedangkan lapisan tuf terdapat di bagian bawah, tengah, dan
atas. Pada saat lapisan tuf terbentuk, terjadi juga aktivitas sungai
yang menghasilkan konglomerat.
3.2
Stratigrafi Daerah Penelitian
Stratigrafi dari
daerah penelitian meliputi 4 satuan batuan berupa:endapan aluvial,
satuan breksi pumice , breksi andesit dan satuan batupasir
3.2.1. Endapan
Aluvial
Endapan
alluvial dengan ukuran butir didominasi oleh lempung-pasir dan
merupakan hasil pelapukan dari batuan yang lebih tua, satuan ini
menempati 17,3 % dari daerah penelitian.
3.2.2. Satuan
Breksi
Pumice
Satuan ini terdiri
dari breksi dengan
warna abu-abu kehitaman dan fragmennya berbentuk menyudut sampai
menyudut tanggung yang berukuran dari krikil sampai krakal.
Luas
daerah satuan ini kurang lebih 11%
3.2.3. Breksi
Andesit
Satuan
ini terdiri dari batuan breksi andesit dengan warna coklat abu-abu
agak kehitaman dengan fragmen brangkal-kerakal memilki semen
komposisi silika, satuan ini menempati 6,31 % dari daerah penelitian.
3.2.4. Batupasir
Satuan ini terdiri
dari batupasir berlapis baik dengan adanya sisipan batulempung dan
tuf. Beberapa lokasi menunjukan kenampakan mengulit bawang akibat
dari pengkekaran pada batuan tersebut. Luas daerah satuan ini kurang
lebih 68% dari wilayah penelitian.
Hubungan
stratigrafi yaitu antara endapan alluvial dan subsatuan geomorfik
breksi pumice adalah tidak selaras sendangkan antara breksi pumice,
breksi andesit dan batupasir selaras. Umur batuan kwater – tersier
dengan kala miosen bawah samapai oligosen atas, Yang diduga
lingkungan pengendapannya adalah laut dalam terbuka.