10/26/18

TEKNIK DETERMINASI



Siapkan perlengkapan untuk determinasi sebagai berikut:
  1. Mikroskop binokuler
  2. Tray yang berlubang-lubang kecil dengan dasar hitam untuk tempat menaburkan fosil
  3. Jarum preparat
  4. Kuas bulu halus ukuran 0
  5. Air bersih ditempatkan dalam botol fosil
  6. Lem untuk merekatkan specimen fosil dalam slide
  7. Slide untuk tempat fosil yang akan dideskripsi (dikenal slide single hole, slide double holes dan square slide)


Catatan
Pada masing-masing slide terdiri atas slide holder yang  terbuat dari logam aluminium, cardboard slide tempat dimana fosil terpilih (lectotype) yang akan dideskripsi ditempatkan, dan glass cover yang berukuran 7,5 cm x 2,5 cm. Pada masing-masing hole hanya ditempatkan beberapa specimen dari satu species saja, sehingga diperlukan banyak slide dengan system single hole. Nama fosil dapat dituliskan pada kertas disamping hole pada slide yang bersangkutan. Untuk square slide pada cardboard dengan warna dasar hitam dibagi paling sedikit menjadi 20 buah kotak untuk tempat specimen fosil holotype. Pada masing-masing kotak yang ukurannya sangat kecil tersebut dituliskan nomor urut dari angka 1 hingga 20. Pada slide jenis ini masing-masing specimen harus dilekatkan pada cardboard kuat-kuat dengan lem, agar tidak terlepas. Nama fosil dicatat dituliskan pada kertas yang terpisah:
  1. Fosil lectotype: didiskripsi sampai pada tingkatan species apabila mungkin sampai tingkatan subspecies. Nama fosil tuliskan pada cardboard beserta identitas yang lain.
  2. Penamaan fosil pada tingkatan taksonomi, perlu didampingi figure type yang dapat diperoleh dari references. Oleh sebab itu, sebelum memberi nama fosil, siapkan figure type selengkapnya terlebih dahulu.
  3. Hitung masing-masing species yang dijumpai pada setiap sampel, dengan besaran angka.
  4. Buat distribution chart fosil, diurutkan dari nama fosil kemunculan awal.
  5. Berdasarkan distribution chart dengan coding agar lebih mudah dilihat. Distribution chart ini dapat dimanfaatkan untuk dilakukan interpretasi paleontology sesuai dengan tujuan penelitian.

Catatan
Selama melakukan determinasi hingga pembuatan distribution chart bekerjalah secara sistematis setiap hari, jangan melakukan jeda pengamatan beberapa hari. Untuk determinator disyaratkan memiliki daya ingat tinggi. Distribution chart yang disusun dengan angka kemudian diubah dengan kode (baik dengan kode huruf atau kode garis), sehingga mudah dilihat dan mudah untuk melakukan interpretasi. Untuk deskripsi fosil Foraminifera besar, diperlukan pembuatan sayatan pipih (thin section).
Pengalaman yang tidak terlupakan
·         Pada saat anda sedang melakukan oppicken fosil, tempatkan sediaan fosil  pada tabung plastik yang mempunyai tutup. Pasang selalu tutup bila anda sudah selesai mengambil sebagian washed residu untuk ditempatkan pada tray dan diperiksa dibawah mikroskop. Pengalaman yang tidak menyenangkan pernah terjadi, tabung sediaan washed residu lupa tidak tertutup, dan kebetulan tersenggol dan washed residu tumpah berantakan. Bila terjadi hal yang demikian, relakan saja fosil yang sudah berhamburan di meja tempat mikroskop diletakkan, bersihkan dari meja namun tidak dipakai sebagai sediaan washed residu untuk diperiksa. Hal ini disarankan dengan pertimbangan  washed residu  yang tumpah diyakini tercampur dengan fosil-fosil lain yang pernah tumpah.
·         Fosil sediaan yang sudah ada pada tray, tiba-tiba tersenggol yang berakhir  sediaan fosil pada tray berhamburan. Dalam hal yang demikian, lupakan saja fosil-fosil yang telah terhambar itu. Bersihkan dari meja, dan lupakan tidak perlu dipakai sebagai washed residu  sebagai sediaan fosil untuk dideterminasi.
·         Pada saat anda mulai melakukan tugas determinasi washed residu, yakinkan bahwa tray dan kuas yang anda pakai dalam keadaan bersih bebas dari fosil yang tersisa.
·         Usahakan selalu mikroskop yang anda pakai dalam keadaan bersih, bebas dari debu dan meja obyek (pada mikroskop) bebas dari ceceran fosil dan debu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara selalu membersihkan mikroskop sesudah dan pada saat akan dipergunakan dengan kain flannel yang telah disediakan. Kain flannel yang dipakai untuk membersihkan  harus dalam keadaan kering. Lensa occular dan lensa obyektif harus selalu dalam keadaan bersih dan kering.
·         Apabila anda akan beristirahat dengan meninggalkan meja kerja, simpanlah washed residu dengan baik. Mikroskope  dibersihkan  dengan kain flannel, kemudian ditutup dengan tudung yang telah disediakan (yang terbuat dari plastik transparan), dan masukkan  mikroskope pada kotak mikroskope. Kemudian kotak mikroskope itu disimpan dalam almari mikroskope yang sudah disediakan.
Peringatan
Jangan sekali-kali meninggalkan mikroskope tanpa pengawasan.  Laboratorium paleontology tanpa mikroskope seperti halnya  seorang dokter tanpa stetoskope.
·         Apabila anda telah berhasil menyusun biostratigrafi lalu apa yang akan  anda  manfaatkan lebih lanjut ?
·         Apabila anda telah selesai mengidentifikasi life Foraminifera lalu apa yang akan anda manfaatkan  lebih lanjut ?.
Konsep geologist saat ini berbeda denagn konsep geologist masa lampau.
Geologist masa lampau
Bertugas melakukan eksplorasi, mencari dan mencari. Hasil eksplorasi diberikan dan dimanfaatkan orang lain. Geologist tetap “miskin”
Geologist masa kini
Bertugas melakukan eksplorasi, mencari dan mencari. Geologist wajib tahu hasil temuan itu harus dimanfaatkan, diolah lebih lanjut untuk meningkatkan “harga jual” hasil temuan. Geologist akan menjadi “kaya”, hidupnya akan lebih sejahtera dan mempunyai andil untuk menciptakan tenaga  ahli dan lapangan kerja.

MEMISAHKAN FOSIL DARI WASHED RESIDU



Beberapa cara pemisahan awal fosil dari mineral “pengotor” yang terdapat dalam washed  residu dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
  1. Cara pertama: washed  residu dipanaskan hingga kering, dan segera ditempatkan pada tabung reaksi, dituangkan air yang bersih. Karena fosil Foraminifera umumnya berongga, maka fosil akan mengapung dan mineral yang relatif berat akan mengendap. Segera tuangkan kumpulan fosil pada sebuah tray yang sudah disediakan dan keringkan, untuk selanjutnya siap untuk diditerminasi.
  2. Cara kedua: metode manual, yaitu dengan model teknik picking, mempergunakan jarum dan tray dan mikroskop. Cara ini dianjurkan apabila jumlah mineral atau fosil yang didapatkan relatif sedikit. Apabila fosilnya yang sedikit, fosilnya yang diambil, bila mineralnya yang sedikit, mineralnya yang diambil. Tujuannya untuk mendapatkan kumpulan fosil yang “bersih” dari kontaminan. Cara pengambilannya dilakukan dengan jarum preparat yang ujungnya dibasahi air.
  3. Cara ketiga: washed residu dimasukkan kedalam tabung reaksi, dan padanya dituangkan larutan CCl4 (Carbon tetrachloride, berat jenis 1,59). Fosil yang bersifat calcareous akan mengapung, sementara mineral kuarsa, kalsit dan mineral lainnya akan tenggelam. CCl4 mudah menguap dan bersifat agak toksik. Uap tersebut apabila terhirup oleh manusia dapat mengganggu kesehatan. Sebagai penggantinya dapat dipergunakan CCl2 (tetrachlorethene, atau perchlorethylene, berat jenis 1,62) bersifat tidak toksik.
  4. Cara keempat: dengan membuat campuran 10 bagian bromoform (tribromomethane, CHBr3, berat jenis 2,89) dicampur dengan 4 bagian acetone (berat jenis 0,792 ) sehingga didapatkan cairan dengan berat jenis 2,2, terbukti lebih baik, dan dapat memisahkan fosil dengan mineral lain, relatif lebih sempurna.
  5. Cara kelima: seperti  yang dianjurkan Danish Geological Survey, mempergunakan campuran bromoform 65 bagian dicampur dengan alcohol 35 bagian, dapat diperoleh larutan dengan berat jenis 2,0 yang mampu mengapungkan dengan sempurna fosil Foraminifera. Perlu dicatat harga bromoform kurang lebih 10 kali lebih mahal dibandingkan harga dengan CCl4
 Semua model pemisahan awal tersebut dapat dilakukan tergantung kesiapan laboratorium. Fosil yang sudah dipisahkan untuk selanjutnya diproses dan dimanfaatkan lebih lanjut sesuai dengan kepentingan analisa paleontology. Untuk melakukan identifikasi fosil dipergunakan mikroskope binokuler, sedang untuk memotret fosil sekaligus memperbesar lapang pandang (kenampakan fosil) dipergunakan Scanning Eleetrone Microscope (SEM)
Catatan
Untuk penelitian Foraminifera yang masih hidup (life Foraminifera) yang berhasil ditangkap di laut lepas dengan plankton net atau diambil dari dasar laut, dapat dilakukan treatment sebagai berikut:

1.Pisahkan dan tempatkan test Foraminifera dalam tabung reaksi yang berisi air laut bersih. Tambahkan formalin untuk mengawetkan protoplasma dan teteskan larutan Rose Bengal (C2OH2O5T4Cl4Na2) untuk staining (memberi warna). Foraminifera yang hidup akan tampak berwarna oranye, sedang Foraminifera yang semula  telah mati, akan tampak tidak berwarna.
2. Staining dapat dilakukan juga dengan memanfaatkan larutan Sudan Black B, yang mampu memberikan warna biru gelap.

CARA LAIN UNTUK MELUMATKAN SAMPEL



 Hasil gambar untuk laboratory tools



Apabila treatment sampel dengan cara konvensional (hanya memanfaatkan air) ternyata tidak “mempan”  maka dapat ditempuh dengan cara-cara berikut:
(1). Memanfaatkan garam soda
Apabila contoh batuan diremas dengan tangan ternyata tidak hancur, lakukan proses soda method.
  • Tempat contoh batuan dalam panci (non aluminium container) yang tahan panas
  • Tuangkan ke dalam panci air secukupnya, sehingga permukaan sampel terendam dalam air.
  • Tuangkan garam soda (Na2CO3 nH2O) sebanyak satu sendok makan
  • Tutup panci tersebut dan panaskan hingga mendidih selama 1 hingga 3 jam
  • Dengan cara ini, sampel dapat menjadi lunak dan dapat diproses lebih lanjut, untuk mendapatkan washed residu dengan metode air bersih.


(2). Memanfaatkan crystallization method
Proses yang lain dapat pula dengan crystalization method dengan  tahapan sebagai berikut:
·         Tempat contoh pada panci
·         Panaskan untuk menghilangkan kandungan airnya
·         Masih dalam keadaan panas, tuangkan kristal garam glauber (Na2SO4 10 H2O) pada permukaan sampel, selanjutnya tuangkan larutan garam yang sama ke dalam panci, kemudian didihkan beberapa saat.
·         Sesaat maka larutan di dalam panci akan mendidih
·         Setelah mendidih tutup rapat-rapat panci tersebut dan biarkan dingin.
Dengan cara ini sampel dapat menjadi lunak dan siap dilakukan proses selanjutnya untuk mendapatkan washed residu.

(3). Memanfaatkan Hydrogen peroxida
Proses yang lain dapat pula dilakukan dengan hydrogen peroxida method dengan tahapan sebagai berikut:
·         Tempatkan sampel yang sudah dibuat ukuran kecil-kecil (dengan cara diremas dengan tangan) dalam panci
·         Tambahkan 15% larutan Hydrogen peroksida (H2O2) kedalam panci dan segera tutup rapat
·         Larutan akan segera “ tampak mendidih”
·         Larutan H2O2 bersama dengan bahan organic yang ada dalam sampel akan bereaksi menghasilkan gas CO2. Oleh sebab itu, proses ini sesuai diterapkan apabila sampel mengandung banyak organic matter
·         Keluaran gas ini yang dapat menghancurkan sampel,  diperoleh sampel yang siap diproses untuk mendapatkan washed residu
(4). Memanfaatkan gasoline
Proses yang lain adalah gasoline  (minyak tanah) method dapat diterapkan pada batuan jenis serpih yang cukup keras, dengan urutan pekerjaan sebagai berikut:
·         Tempatkan sampel dalam panci, panaskan hingga airnya habis menguap, kemudian didinginkan.
·         Tuangkan minyak tanah kedalam panci, hingga bongkahan serpih tampak basah, diamkan sesaat, kurang lebih selama setengah jam
·         Ambil dari panci sisa minyak berlebih dengan  cara dituangkan keluar hingga sisa minyak habis
·         Tuangkan air secukupnya hingga semua sampel tenggelam dalam air
·         Minyak yang berada dalam pori-pori serpih, akan didesak keluar oleh air. Daya desak ini mampu memecah serpih hingga menjadi lunak
·         Hancuran serpih ini siap untuk dilakukan proses lanjutan untuk mendapatkan washed residu
Metode ini tidak disarankan karena minyak tanah mudah terbakar.

Featured Post

TEKNIK DETERMINASI

Siapkan perlengkapan untuk determinasi sebagai berikut: Mikroskop binokuler Tray yang berlubang-lubang kecil dengan dasar h...