Karakter
dasar dari foraminifera adalah adanya cangkang/test yang membentuk
kamar-kamar yang dihubungkan oleh pori-pori halus (foramen).
Cangkang/test foraminifera dapat trbentuk dari zat-zat yang
gampingan,silikaan, chitin ataupun aglutin yang sangat resisten,
sehingga golongan ini banyak yang terawetkan sebagai fosil.
Adapun
macam-macam dinding cangkang foraminifera yaitu :
Dinding
Khitin atau tektin
Merupakan
bentuk dinding yang paling primitive pada foraminifera. Dinding
tersebut terbuat dari zat organic yang menyerupai zat tanduk,
fleksibel, transparan, biasanya berwarna kuning dan tidak berpori
(imperforate). Foraminifera yang mempunyai bentuk dinding seperti itu
jarang ditemukan sebagai fosil (kecuali golongan allogromidae),
sedangkan golongan foraminifera seperti miliolidae, lituolidae, dan
beberapa jenis astrorhizidae, sebagian dari dinding cangkangnya juga
terbuat dari khitin, tetapi biasanya hanya melapisi bagian dalamnya
saja. Cushman (1955) menganggap bentuk dinding ini adalah bentuk
dinding yang paling primitive, yang dalam perkembangan selanjutnya
akan berubah menjadi dinding aglutin atau arenaceous dengan jalan
mengumpulkan material asing dari sekitarnya yang kemudian direkatkan
ke bagian luar tubuhnya.
Dinding
Aglutin atau arenacous
Adalah
dinding test yang terbuat dari material asing yang direkatkan satu
sama lain dengan semen. Berdasrkan kulitas, maka ukuran Dan bentuk
material yang dipergunakan dapat dibedakan menjadi dua. Pada dinding
arenacous, material asingnya hanya terdiri atas butiran pasir saja,
sedangkan pada dinding agulitin, material asingnya terdiri atas
bermacam-macam material seperti mika, spong-spikulae, cangkang foram,
lumpur, Dan sebagainya. Biasanya, test semacam ini mempunyai lapisan
khitin yang tipis di bagian dalamnya.
Zat
perekat dapat berupa tektin atau khitin yang dihasilkan oleh
organisme itu sendiri, atau semen yang kadang-kadang mengandung
senyawa besi sehingga menyebabkan warna merah pada permukaan
cangkang. Beberapa bentuk foraminifera yang mempergunakan semen
gampingan bisanya dijumpai pada lingkungan air hangat, sedangkan yang
mengelurkan semen silikaan biasanya dijumpai pada perairan dingin.
Dinding
Silikaan (Siliceous)
Dinding
tipe ini jarang ditemukan. Material silikaan dapat dihasilkan oleh
organisme itu sendiri atau dapat juga merupakan material sekunder
dalam pembentukannya. Contoh foraminifera yang dapat mempunyai
dinding silikaan adalah golongan Ammodiscidae, Hyperamminidae,
silicimidae, Dan beberapa spesies dari golongan miliolidae.
Dinding
Gampingan
Williamson
(1958), dalam pengamatannya pada foraminifera resen,
mengklasifikasikan tipe dinding gampingan ini menjadi dua, yeti
dinding porselen Dan hyaline. Tetapi, selain kedua tipe ini masih
terdapat tipe dinding gampingan yang lain, yeti tipe dinding
gampingan yang granuler Dan kompleks. Jadi, terdapat empat tipe
dinding gampingan yaitu :
Terbuat
dari zat gampingan, tidak berpori, mempunyai kenampakan seperti
porselen, dengan sinar langsung (episkopik) berwarna opak (Buram) Dan
putih, dengan sinar transmisi (Diaskopik) berwarna amber.
Galloway
(1933), dengan sinar x, meneliti dinding porselen ini Dan
menyimpulkan bahwa tipe dinding tersebut terdiri atas Kristal kalsit
yang krypto-kristalin. Sementara itu, Cushman & Warner (1940)
beranggapan bahwa tipe ini merupakan campuran dari zat gampingan Dan
khitin sehingga menimbulkan warna amber.
Contoh
foraminifera berdinding porselen adalah golongan miliolidae seperti
quinqueloculina, triloculina, pyrgo Dan golongan peneroplidae seperti
peneroplis, sorites, Dan orbitolites.
Dinding
Gampingan Hyalin (Vitrocalcarea)
Hampir
kebanyakan foraminifera mempunyai dinding tipe ini. Tipe dinding ini
merupakan dinding gampingan yang bersifat baning Dan transparan,
berpori. Umumnya, yang berpori halus dianggap lebih primitive
daripada yang berpori kasar. Golongan Nadosaridae, Globigerinidae,
Dan Polymorphinidae mempunyai diameter pori sekitar 5-6 mikrometer,
sedangkan beberapa jenis lain seperti anomalina, planulina Dan
cibicides besar lubang porinya lebih kurang 15 mikro meter.
Dinding
gampingan yang granular
Kebanyakan
foraminifera yang hidup pada zaman paleozoikum(terutama yang hidup
diawal paleozoikum) mempunyai dinding cangkan yang terdiri atas
Kristal kalsit yang granular tanpa ada material asing atau semen,
seperti pada Endothyra, beberapa spesies bradyina, hyperammina Dan
beberapa bentuk yang menyerupai ammodiscus atau spirillina. Plummer
(1930) Dan beberapa penulis lain beranggapan bahwa materi pembentuk
dinding ini dihasilkan oleh bintang itu sendiri. Dalam sayatan tipis,
dinding ini tampak gelap.
Dinding
gampingan yang kompleks
Dinding
tipe ini terdapat pada golongan fusulindae (Foram besar) ; mempunyai
beberapa lapisan yang berdasarkan lapisan-lapisan tersebut kita data
membedakan antara tipe fusulinellid dn schwagerinid.