8/29/14
8/25/14
8/20/14
Metode pembuatan preparat fosil tumbuhan
- Metode gosok
Batuan
yang mengandung fosil (coal ball) dipotong untuk mendapatkan
penampang fosil. Selanjutnya permukaannya diratakan dengan cara
menggosokkannya pada bubuk karborundum (silikon karbida) yang
diletakkan pacta permukaan kaca dan dibasahi dengan air. Potongan
batuan yang sudah dihaluskan permukaannya tersebut kemudian
ditempelkan pacta gelas benda dengan menggunakan perekat resin.
Selanjutnya batuan dipotong tipis, dan setelah permukaannya
dihaluskan, bagian atasnya ditutup dengan gelas penutup.
- Metode sayat
Pembuatan
preparat fosil dengan metode sayat dibedakan menjadi dua macam
teknik, yaitu: teknik cairan dan teknik lembaran.
•
Teknik
cairan
Potongan
batuan yang permukaannya telah diratakan dengan bubuk karborundum
diletakkan dalam baki yang terbuat dari kaca, yang diisi dengan
kerikil dari bahan silika, serta asam klorida 2 - 3%. Proses ini
dinamakan etching, yang bertujuan melarutkan matriks yang berada di
sekitar fosil. Setelah dibersihkan dengan air, maka pada bagian
permukaan batuan yang ada fosilnya dituangkan larutan Darrah, dengan
terlebih dahulu dibasahi dengan butil asetat. Komposisi larutan
Darrah per 1 liter adalah:
a.
Parlodion 28 g
b.
Butil asetat 250 ml
c.
Amil alkohol 30 ml
d.
Xylol 10 ml
e.
Minyak kastor / minyak jarak 3 ml
f.
Eter 3 ml.
Larutan
terdsebut didiamkan selarna 12 - 20 jam hingga mengering, untuk
selanjutnya dapat dilepas sehingga bagian fosil tumbuhan akan terikut
pada lapisan yang dikelupas tersebut.
•
Teknik
lembaran
Langkah
kerja yang dilakukan hingga proses etching adalah sarna dengan pada
teknik cairan. Selanjutnya permukaan fosil ditutup dengan lembaran
selulosa asetat (ketebalan 0,003 inchi), dengan terlebih dulu
dibasahi dengan aseton. Lembaran selulosa asetat dibiarkan selama 30
menit, dan kemudian dilepas untuk mendapatkan penampang fosil.
Globigerina nepenthes TODD
Globigerina
nepenthes
TODD ( hlm 266)
Type
lokasi : Locality S 621 , timur-tengah Saipan, pulau mariana
Diagnosis
: Tes Trochospiral
(low), compact (tersusun rapat) ; peri-peri equatorial
lobulate(Posisi
aperture simetri,
tepat diatas tepi peripheral dari putran awal cangkang yang hampir
planispiral)
kecuali bagian akhir ; axial peri-peri rounded.
Dinnding penuh dengan lubang
yang kelihatan jelas, permukaannya berbintik-bintik dengan agak
rugosities dekat umbilical.
Kamar mengembang, dengan salah
satu kamar terakhir menonjol kuat, tersusun dalam (kira-kira)
tiga - setengah putran, dengan empat- lima kamar pada putaran
terakhir.
Suture-sutur spiral, bersudut
agak melengkung dan agak tertekan, (dorsal,
dimana bagian sisi evolute dari suatu cangkang yang terputar secara
trochospiral);
umbilical side radial (Ventral,
bagian sisi involute dari cangkang yang terputar trochospiral yang
punya umbilicus),
tertekan .
Umblicus sempit dan dangkal
Aperturl interiormarginal (Bukaan
pada bagian dasar cangkang pada tepi kamar akhir, sepanjang sutura
akhir, pada cangkang yang terputar posisinya),
umbilical, melengkung semicircular, dibatasi oleh bibir / pinggir
yang jelas.
Startigrafi, distribusi : Upper
part Globorotalia siakensis zone into lower part Globoquadrina
altispira zone. Questionable occurrence in lower part G. siakensis
zone.
PALINOLOGI DAN KEGUNAANNYA (Kegunaan Analisis Serbuk Sari Dan Spora)
Analisis
serbuk sari (pollen analysis) merupakan metode yang paling penting
dalam rekonstruksi flora, vegetasi, dan lingkungan masa lampau,
karena:
a. Sifat
serbuk sari yang sangat awet atau tahan terhadap kerusakan akibat
proses diagenesis.
b. Serbuk
sari dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak.
c. Serbuk
sari dapat tersebar sevara lebih luas dan merata dibandingkan dengan
makrofosil.
d. Serbuk
sari dapat diperoleh dari sedimen dalam jumlah yang sangat banyak
sehingga memungkinkan untuk diuji secara kuantitatif / statistik.
Analisis
serbuk sari dan spora dapat digunakan untuk:
a. Melacak
sejarah kelompok dan jenis (spesies) tumbuhan
b. Melacak
sejarah komunitas tumbuhan dan habitatnya
c.
Menentukan umur relatif batuan atau sedimen
d.
Memperlajari sejarah iklim
e.
Mempelajari pengaruh manusia terhadap lingkungan
f.
Mempelajari kandungan serbuk sari di udara dan pengaruhnya terhadap
kesehatan
manusia
g.
Menentukan kandungan serbuk sari dalam madu (melisopalinologi)
h. Membantu
memecahkan kasus kriminologi
Pengertian Palinologi (fosil serbuk sari & spora)
Merupakan ilmu yang mempelajari tentang serbuk sari dan spora, baik
yang masih hidup maupun yang sudah menjadi fosil. Kajian palinologi
meliputi: sifat dan ciri, cara penyebaran, dan preservasinya.
Serbuk sari adalah tempat gametofit jantan pada generasi gametofit
tumbuhan Gymnospermae dan Angiospermae. Spora adalah rase istirahat,
dan merupakan alat pemencaran pada generasi gametofit tumbuhan
Cryptogamae. Serbuk sari Gymnospermae dan spora Cryptogamae berbeda
dengan serbuk sari Angiospermae, baik dalam hal sifat morfologinya
maupun komposisi kimianya.
Penyebaran serbuk sari dan spora dapat terjadi melalui berbagai
perantara, yaitu: angin, air, dan binatang. Penyebaran ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: turbulensi udara, arab
dan kecepatan angin, berat dan bentuk serbuk sari / spora, serta
ketinggian dan kekuatan sumber serbuk sari / spora.
Dalam hal preservasi, maka proses-proses fisik, kimia, dan biologi
dapat mempengaruhi ketahanan dan keawetan serbuk sari / spora setelah
dilepaskan dari tumbuhan.
8/17/14
Globigerina binaiensis KOCH
Globigerina
binaiensis KOCH (Hlm 262)
Tipe
lokasi : Bulongan , Kalimantan Timur, Indonesia
Diagnosis :
test /cangkang trochospiral (low)
Ekuator peri-peri subcircular-subqudrate, agak loulate, axial peri-
peheri besar
membulat, dengan dorso dipinggir peri-peri
kamar berbentuk
bola, kamar terakhir sampingnya tertekan, tertata/tersusun dalam tiga
dan setengah putaran/lingkaran, tiga kamar dalam putaran terakhir
bertambah dengan cepat dalam ukurannya
suture-sutur
dalam sisi spiral sedikit bergaris sampai radial, tertekan
Umbilical
side (ventral) radial, tertekan.
Umbilicus
agak kecil
Aperture
agak melengkung lemah, intermarginal ,umbilical, meperluas umbilicus
di dasar muka aperture, which terjadi loncatan di cabang bagian
samping cuping-seperti perluasan diakhir kamar.
Bibir
meluas sampai dibagian tengah berbentuk lemah dan hadirnya “umbilcal
tooth”
Stratigrafi
dan distribusi : ranging throughout upper part Globigerina
angulisuturalis zone,
Globorotalia
kugleri
zone and lower part Globigerinoides
trilobus
zone. Questionable occurrence in middle part G.
angulisuturalis zone.
Candeina nitida D’ORBIGNY
Candeina
nitida D’ORBIGNY
Tipe dan Lokasi :
Cuba Dan Jamaika
Diagnosis : Test
(cangkang) Trokospiral (medium-high)
Peri-peri
bersifat
ekuatorial lobulate (Posisi aperture simetri, tepat diatas tepi
peripheral dari putran awal cangkang yang hampir planispiral), juga
peri-peri aksial agak kasar dan melebar disekitarnya (Rounded).
Dinding cangkang
dipenuhi dengan lubang yang halus dengan permukaan cangkang yang juga
halus.
Kamar globular pada
satu sisi, sedang pada sisi yang lain hampir datar (Hemisperical),
Tersusun dalam
empat lingkaran, dengan pertumbuhan yang tetap pada ukurannya,
kecuali pada kamar terakhir yang bisa saja kecil sampai sangat kecil.
Putaran terakhir
terdiri dari / atas tiga kamar.
Sutur bergaris
ramping sampai radial dengan keadaan tertekan.
Tidak ada lubang
buakaan utama (Apertur utama) pada cangkang dewasa.
Rounded kecil pada
Secondary aperture (Bukaan tambahan pada kamar utama, posis bisa
areal, sutural atau periperial ), dengan bibir / tepi lingkaran yang
melebar, dan sebagian besar mengelilingi secara sempurna pada kamar
bagian belakang.
Stratigrafi /
distribusinya, Upper part (Bagian atas) terdapat zona Globorotalia
acostaensis (recent) sedangkan pada bagian zona bawahnya (lower part)
keterdapatan G. acostaensis masih diragukan.
GLOBIGERINA ANGULISTURALIS (BOLLI)
Gloigerina
angulisuturalis BOLLI (Hlm 260 PC)
Tipe
Lokasi : Tipe lokasi zona Globorotalia opima, Trinidad
Diagnosis :
Test Trochospiral (Terputar
tidak pada satu bidang datar)
(Low-
Medium).
Peri-peri
bersifat
ekuatorial lobulate (Posisi
aperture simetri,
tepat diatas
tepi peripheral dari putran awal cangkang yang
hampir
planispiral),
dalam , bersiku-siku U dengan keadaan sutures diantara kamar.
Peri-peri axial
raounded.
Dinding penuh dengan
lubang, permukaannya berbintik-bintik halus, rugose-nya ramping
(ornamentasi
kasar yang tak beraturan, bisa berupa punggungan)
dekat dengan tepi lingkaran awal sampai lingkaran/putaran akhir.
Kamar-kamar
berbentuk bola /bulat dan tertata dalam tiga sampai setengah
lingkaran/putaran, dengan lima kamar diputaran terkahir bertambah
ukurannya (secara sedang).
Sutures spiral side
(dorsal,
dimana bagian sisi evolute dari suatu cangkang yang terputar secara
trochospiral),
tertekan, radial.
Umbilcal side
(Ventral,
bagian sisi involute dari cangkang yang terputar trochospiral yang
punya umbilicus)
tertekan pada jari-jari lingkaran (radial).
Umbilicus (ruang
yang dibentuk oleh tepi bagian dalam dinding umbilical dari
kamar-kamar dalam suatu putaran yang sama.)
Lebar /luas dan agak sedikit dalam
Apertur
interiormarginal (Bukaan
pada bagian dasar cangkang pada tepi kamar akhir, sepanjang sutura
akhir, pada cangkang yang terputar posisinya )
Umbilical dengan agak melengkung dan dibatasi sedikit oleh bibir /
pinggiran lingkaran.
and the lower part
of the Globorotalia Kugleri zone
DINDING CANGKANG FORAMINIFERA
Karakter
dasar dari foraminifera adalah adanya cangkang/test yang membentuk
kamar-kamar yang dihubungkan oleh pori-pori halus (foramen).
Cangkang/test foraminifera dapat trbentuk dari zat-zat yang
gampingan,silikaan, chitin ataupun aglutin yang sangat resisten,
sehingga golongan ini banyak yang terawetkan sebagai fosil.
Adapun
macam-macam dinding cangkang foraminifera yaitu :
Dinding
Khitin atau tektin
Merupakan
bentuk dinding yang paling primitive pada foraminifera. Dinding
tersebut terbuat dari zat organic yang menyerupai zat tanduk,
fleksibel, transparan, biasanya berwarna kuning dan tidak berpori
(imperforate). Foraminifera yang mempunyai bentuk dinding seperti itu
jarang ditemukan sebagai fosil (kecuali golongan allogromidae),
sedangkan golongan foraminifera seperti miliolidae, lituolidae, dan
beberapa jenis astrorhizidae, sebagian dari dinding cangkangnya juga
terbuat dari khitin, tetapi biasanya hanya melapisi bagian dalamnya
saja. Cushman (1955) menganggap bentuk dinding ini adalah bentuk
dinding yang paling primitive, yang dalam perkembangan selanjutnya
akan berubah menjadi dinding aglutin atau arenaceous dengan jalan
mengumpulkan material asing dari sekitarnya yang kemudian direkatkan
ke bagian luar tubuhnya.
Dinding
Aglutin atau arenacous
Adalah
dinding test yang terbuat dari material asing yang direkatkan satu
sama lain dengan semen. Berdasrkan kulitas, maka ukuran Dan bentuk
material yang dipergunakan dapat dibedakan menjadi dua. Pada dinding
arenacous, material asingnya hanya terdiri atas butiran pasir saja,
sedangkan pada dinding agulitin, material asingnya terdiri atas
bermacam-macam material seperti mika, spong-spikulae, cangkang foram,
lumpur, Dan sebagainya. Biasanya, test semacam ini mempunyai lapisan
khitin yang tipis di bagian dalamnya.
Zat
perekat dapat berupa tektin atau khitin yang dihasilkan oleh
organisme itu sendiri, atau semen yang kadang-kadang mengandung
senyawa besi sehingga menyebabkan warna merah pada permukaan
cangkang. Beberapa bentuk foraminifera yang mempergunakan semen
gampingan bisanya dijumpai pada lingkungan air hangat, sedangkan yang
mengelurkan semen silikaan biasanya dijumpai pada perairan dingin.
Dinding
Silikaan (Siliceous)
Dinding
tipe ini jarang ditemukan. Material silikaan dapat dihasilkan oleh
organisme itu sendiri atau dapat juga merupakan material sekunder
dalam pembentukannya. Contoh foraminifera yang dapat mempunyai
dinding silikaan adalah golongan Ammodiscidae, Hyperamminidae,
silicimidae, Dan beberapa spesies dari golongan miliolidae.
Dinding
Gampingan
Williamson
(1958), dalam pengamatannya pada foraminifera resen,
mengklasifikasikan tipe dinding gampingan ini menjadi dua, yeti
dinding porselen Dan hyaline. Tetapi, selain kedua tipe ini masih
terdapat tipe dinding gampingan yang lain, yeti tipe dinding
gampingan yang granuler Dan kompleks. Jadi, terdapat empat tipe
dinding gampingan yaitu :
Terbuat
dari zat gampingan, tidak berpori, mempunyai kenampakan seperti
porselen, dengan sinar langsung (episkopik) berwarna opak (Buram) Dan
putih, dengan sinar transmisi (Diaskopik) berwarna amber.
Galloway
(1933), dengan sinar x, meneliti dinding porselen ini Dan
menyimpulkan bahwa tipe dinding tersebut terdiri atas Kristal kalsit
yang krypto-kristalin. Sementara itu, Cushman & Warner (1940)
beranggapan bahwa tipe ini merupakan campuran dari zat gampingan Dan
khitin sehingga menimbulkan warna amber.
Contoh
foraminifera berdinding porselen adalah golongan miliolidae seperti
quinqueloculina, triloculina, pyrgo Dan golongan peneroplidae seperti
peneroplis, sorites, Dan orbitolites.
Dinding
Gampingan Hyalin (Vitrocalcarea)
Hampir
kebanyakan foraminifera mempunyai dinding tipe ini. Tipe dinding ini
merupakan dinding gampingan yang bersifat baning Dan transparan,
berpori. Umumnya, yang berpori halus dianggap lebih primitive
daripada yang berpori kasar. Golongan Nadosaridae, Globigerinidae,
Dan Polymorphinidae mempunyai diameter pori sekitar 5-6 mikrometer,
sedangkan beberapa jenis lain seperti anomalina, planulina Dan
cibicides besar lubang porinya lebih kurang 15 mikro meter.
Dinding
gampingan yang granular
Kebanyakan
foraminifera yang hidup pada zaman paleozoikum(terutama yang hidup
diawal paleozoikum) mempunyai dinding cangkan yang terdiri atas
Kristal kalsit yang granular tanpa ada material asing atau semen,
seperti pada Endothyra, beberapa spesies bradyina, hyperammina Dan
beberapa bentuk yang menyerupai ammodiscus atau spirillina. Plummer
(1930) Dan beberapa penulis lain beranggapan bahwa materi pembentuk
dinding ini dihasilkan oleh bintang itu sendiri. Dalam sayatan tipis,
dinding ini tampak gelap.
Dinding
gampingan yang kompleks
Dinding
tipe ini terdapat pada golongan fusulindae (Foram besar) ; mempunyai
beberapa lapisan yang berdasarkan lapisan-lapisan tersebut kita data
membedakan antara tipe fusulinellid dn schwagerinid.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Featured Post
TEKNIK DETERMINASI
Siapkan perlengkapan untuk determinasi sebagai berikut: Mikroskop binokuler Tray yang berlubang-lubang kecil dengan dasar h...
-
Pengertian Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh struktur geologi daerah ...
-
Pengertian Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang proses pembentukannya dikontrol oleh proses vulkanisme, yaitu proses keluar...