Homo erectus pertama kali muncul pada dua juta tahun lalu dan punah sekitar 50.000 hingga 100.000 tahun lalu.
Homo erectus adalah hominid awal pertama yang menjadi penjelajah global sejati. Mereka diketahui bermigrasi dari Afrika ke Eurasia, menyebar hingga ke Georgia, Sri Lanka, Tiongkok, dan Indonesia.
Namun, menurut penelitian terbaru yang diterbitkan pada jurnal PLOS One, 27 Juli 2018, spesies Homo erectus ternyata cukup malas dan enggan beradaptasi dengan perubahan lingkungan jika dibandingkan dengan hominid lain--misalnya Neanderthal.
Live Science, Jumat (10/8/2018), melaporkan para arkeolog dari Australian National University menganalisis ribuan artefak yang baru ditemukan dan digali dari situs penggalian di Semenanjung Arab di Saffaqah modern, Arab Saudi, pada 2014 untuk mencari tahu alasan kepunahan spesies itu.
Temuan mereka menunjukkan bahwa spesies Homo erectus di daerah itu sebenarnya sudah berupaya seminimal mungkin untuk membuat alat dan mencari persediaan. Padahal manusia purba ini hidup di wilayah yang memiliki akses mudah ke batu dan air.
"Mereka tampaknya tidak menginspirasi mendorong diri mereka. Saya tidak mendapatkan bukti bahwa mereka adalah seorang penjelajah sejati, mereka tidak memiliki rasa penasaran yang sama seperti kita sekarang," kata Dr. Ceri Shipton kepada Sky News(10/8).
Dia menambahkan bahwa ini adalah bukti bagaimana spesies itu membuat perkakas batu yang mereka temukan tergeletak di sekitar tempat tinggal mereka. Persoalannya, batunya berkualitas rendah.
Sebagian besar perkakas batu dibuat dari batu yang lebih jelek dari perkakas pada peradaban berikutnya. Padahal, ada area bebatuan yang berkualitas lebih baik meski membutuhkan perjalanan yang cukup jauh dari permukiman mereka.
"Ketika kami melihat batu karang di sana tidak ada tanda-tanda aktivitas apa pun, tidak ada artefak dan tidak ada penggalian batu. Mereka tahu itu ada di sana, tetapi karena mereka memiliki cukup sumber daya yang cukup untuk mereka, jadi 'mengapa harus repot-repot?" lanjut Shipton.
Hal ini berbeda dengan pembuat perkakas batu pada periode selanjutnya, termasuk Homo sapiens awal dan Neanderthal. Mereka mendaki gunung untuk menemukan batu berkualitas baik dan mengangkutnya dalam jarak jauh.
"Sampel sedimen menunjukkan lingkungan di sekitar mereka berubah, tetapi mereka melakukan hal yang sama dengan peralatan mereka," kata Dr. Shipton. Berbeda dengan spesies yang lebih maju, Homo erectus cenderung menggunakan alat "generik" tunggal untuk hampir semua pekerjaan.
Namun, kemampuan Homo erectus untuk membuat perkakas sudah jauh lebih maju daripada manusia purba di belahan dunia lain. Mereka sudah bisa membuat kapak genggam.
Manusia purba jenis Homo erectus ini kuat dan terampil. Mereka berkembang di wilayah ini selama beberapa waktu. Tetapi, begitu dasar sungai mengering dan ada sedimentasi di sungai, Homo erectus justru mati karena mereka minim inisiatif.
"Mereka tidak pernah berada sangat jauh dari sumber air bersih," kata Dr. Shipton.
"Kami juga menemukan bahwa teknologi mereka untuk membuat perkakas batu sangat konservatif. Mereka menggunakan strategi yang sama untuk membuat alat dalam menghadapi lingkungan yang berubah. Jadi, mereka tidak hanya malas tetapi juga sangat konservatif," ujarnya dikutip Science Daily (10/8).
Shipton mengatakan lebih lanjut bahwa kepunahan Homo erectus disebabkan karena mereka tidak memilki kemampuan untuk merencanakan masa depan.
"Mereka hanya merencanakan untuk beberapa jam ke depan, atau mungkin untuk hari berikutnya. Sedangkan Homo sapiens dan Neanderthal merencanakan lebih jauh ke depan, seperti rencana migrasi musiman," pungkasnya